Panduan Dalil Wajib Zakat: Pengertian, Dasar Hukum, dan Hikmah

lisa


Panduan Dalil Wajib Zakat: Pengertian, Dasar Hukum, dan Hikmah

Kewajiban zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi dalil wajib zakat, yang artinya bukti atau dasar hukum yang mewajibkan umat muslim untuk mengeluarkan zakat. Dalil wajib zakat terdapat dalam Al-Quran, di antaranya pada surat At-Taubah ayat 60, yang berbunyi: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.

Zakat memiliki banyak manfaat, di antaranya membersihkan harta, meningkatkan kepedulian sosial, dan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT. Dalam sejarah Islam, zakat telah menjadi salah satu pilar penting dalam sistem ekonomi dan sosial masyarakat Islam.

Artikel ini akan mengupas tuntas tentang dalil wajib zakat, mulai dari pengertian, dasar hukum, hingga hikmah dan manfaatnya. Pembaca akan mendapatkan informasi yang komprehensif tentang salah satu kewajiban penting dalam ajaran Islam ini.

Dalil Wajib Zakat

Dalil wajib zakat merupakan dasar hukum yang mewajibkan umat Islam untuk mengeluarkan zakat. Dalil ini tercantum dalam Al-Quran dan hadis, serta menjadi pedoman penting dalam memahami kewajiban zakat.

  • Al-Quran
  • Hadis
  • Ijma’ (Konsensus Ulama)
  • Qiyas (Analogi)
  • Maslahah Mursalah (Kepentingan Umum)
  • Urf (Kebiasaan)
  • Istihsan (Pertimbangan Hukum)
  • Sadd az-Dzari’ah (Penutupan Jalan Menuju Kejahatan)
  • Ilzam (Kewajiban)

Kesembilan aspek tersebut saling terkait dan membentuk dasar hukum yang kuat untuk kewajiban zakat. Misalnya, Al-Quran dan hadis merupakan sumber utama dalil wajib zakat, sementara ijma’ dan qiyas digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan dalil-dalil tersebut. Aspek-aspek lainnya, seperti maslahah mursalah dan urf, mempertimbangkan kepentingan masyarakat dan kebiasaan dalam penetapan hukum zakat.

Al-Quran

Al-Quran merupakan sumber utama dalil wajib zakat. Di dalamnya terdapat banyak ayat yang memerintahkan umat Islam untuk mengeluarkan zakat, seperti pada surat At-Taubah ayat 60: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”

  • Ayat-ayat tentang Zakat

    Al-Quran , . , , .

  • Contoh Nyata dalam Kisah Nabi

    Dalam Al-Quran, terdapat banyak kisah tentang para nabi yang membayar zakat. Misalnya, dalam surat Al-Baqarah ayat 43, diceritakan bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail diperintahkan untuk mendirikan shalat dan membayar zakat.

  • Hikmah Dibalik Zakat

    Al-Quran juga menjelaskan hikmah di balik kewajiban zakat. Zakat berfungsi untuk membersihkan harta dari sifat kikir dan keserakahan, serta untuk membantu dan yang membutuhkan.

  • Sanksi bagi yang Meninggalkan Zakat

    Al-Quran juga memberikan peringatan bagi mereka yang meninggalkan zakat. Dalam surat At-Taubah ayat 34-35, Allah SWT berfirman bahwa orang-orang yang enggan membayar zakat akan mendapatkan siksa yang pedih di akhirat.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Al-Quran merupakan sumber utama dalil wajib zakat. Ayat-ayat Al-Quran tentang zakat sangat jelas dan tegas, sehingga tidak ada keraguan lagi tentang kewajiban umat Islam untuk menunaikannya.

Hadis

Hadis merupakan sumber kedua setelah Al-Quran yang menjadi dalil wajib zakat. Hadis adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadis memiliki peran penting dalam menjelaskan dan memperkuat ketentuan-ketentuan tentang zakat yang terdapat dalam Al-Quran.

  • Jenis Hadis

    Hadis tentang zakat mencakup berbagai jenis, seperti hadis yang menjelaskan tentang syarat wajib zakat, jenis-jenis harta yang wajib dizakati, kadar zakat yang harus dikeluarkan, dan cara pendistribusian zakat.

  • Contoh Hadis

    Salah satu contoh hadis tentang zakat adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu.”

  • Implikasi Hadis

    Hadis-hadis tentang zakat memiliki implikasi yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Hadis-hadis ini menjadi pedoman bagi umat Islam dalam memahami kewajiban zakat dan cara menunaikannya dengan benar.

Dengan demikian, hadis merupakan sumber penting dalam memahami dalil wajib zakat. Hadis-hadis tentang zakat menjelaskan berbagai aspek tentang zakat, sehingga umat Islam dapat mengetahui secara jelas tentang kewajiban ini dan cara menunaikannya dengan benar.

Ijma’ (Konsensus Ulama)

Dalam pembahasan dalil wajib zakat, ijma’ (konsensus ulama) memegang peranan penting. Ijma’ merupakan salah satu metode pengambilan hukum Islam yang disepakati oleh para ulama berdasarkan dalil-dalil syariat.

  • Pengertian Ijma’

    Secara bahasa, ijma’ berarti kesepakatan atau konsensus. Dalam konteks syariat, ijma’ didefinisikan sebagai kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada suatu masa mengenai suatu hukum syariah.

  • Syarat Ijma’

    Agar suatu kesepakatan dapat dikatakan sebagai ijma’, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya kesepakatan tersebut harus dicapai oleh seluruh ulama mujtahid, tidak ada pertentangan di antara mereka, dan kesepakatan tersebut tidak boleh bertentangan dengan dalil-dalil syariat yang qat’i.

  • Implikasi Ijma’

    Ijma’ merupakan salah satu dalil syariat yang kuat dan mengikat. Hukum yang disepakati oleh para ulama melalui ijma’ menjadi hukum yang wajib diamalkan oleh seluruh umat Islam.

  • Contoh Ijma’

    Salah satu contoh ijma’ dalam kaitannya dengan zakat adalah kesepakatan para ulama mengenai wajibnya zakat fitrah bagi seluruh umat Islam yang telah memenuhi syarat.

Dengan demikian, ijma’ (konsensus ulama) merupakan salah satu dalil wajib zakat yang penting. Ijma’ memperkuat dalil-dalil dari Al-Quran dan hadis, serta menjadi pedoman bagi umat Islam dalam memahami dan mengamalkan kewajiban zakat.

Qiyas (Analogi)

Qiyas merupakan salah satu metode pengambilan hukum Islam yang banyak digunakan dalam pembahasan dalil wajib zakat. Qiyas secara bahasa berarti “penyamaan” atau “persamaan”. Dalam konteks syariat, qiyas didefinisikan sebagai penyamaan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak terdapat hukumnya dalam Al-Quran dan hadis dengan kejadian atau peristiwa lain yang telah diatur hukumnya, karena keduanya memiliki illat (alasan hukum) yang sama.

  • Rukun Qiyas

    Qiyas memiliki empat rukun, yaitu: asl (pokok), far’ (cabang), illat (alasan hukum), dan hukm (keputusan hukum).

  • Contoh Qiyas dalam Zakat

    Salah satu contoh qiyas dalam zakat adalah pengenaan zakat pada hasil tambang. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran dan hadis, namun qiyas dilakukan dengan hasil pertanian yang juga merupakan hasil bumi. Karena keduanya memiliki illat yang sama, yaitu sama-sama hasil dari pengambilan sumber daya alam, maka hasil tambang juga dikenakan zakat.

  • Syarat Qiyas

    Agar qiyas dapat digunakan sebagai dalil wajib zakat, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya: illat yang diambil harus jelas dan kuat, tidak bertentangan dengan dalil syariat yang qat’i, dan tidak menimbulkan kesulitan atau kesewenang-wenangan.

  • Implikasi Qiyas dalam Zakat

    Qiyas memiliki implikasi yang luas dalam pengembangan hukum zakat. Qiyas memungkinkan para ulama untuk menetapkan hukum zakat pada harta-harta baru yang belum pernah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW, seperti saham, obligasi, dan deposito.

Dengan demikian, qiyas (analogi) merupakan salah satu dalil wajib zakat yang penting dan banyak digunakan oleh para ulama. Qiyas memberikan fleksibilitas dan dinamika dalam hukum zakat, sehingga dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan umat Islam.

Maslahah Mursalah (Kepentingan Umum)

Maslahah mursalah merupakan salah satu metode pengambilan hukum Islam yang mempertimbangkan kepentingan umum (maslahah) yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran dan hadis. Dalam kaitannya dengan dalil wajib zakat, maslahah mursalah memiliki hubungan yang erat dan menjadi salah satu dasar penting penetapan hukum zakat.

Maslahah mursalah menjadi komponen penting dalam dalil wajib zakat karena mempertimbangkan kemaslahatan umat Islam secara keseluruhan. Zakat tidak hanya dipandang sebagai ibadah ritual, tetapi juga memiliki fungsi sosial dan ekonomi yang sangat penting. Melalui zakat, terjadi pemerataan kekayaan dan pengentasan kemiskinan, sehingga tercipta masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.

Salah satu contoh nyata penerapan maslahah mursalah dalam dalil wajib zakat adalah penetapan nisab zakat. Nisab zakat adalah batas minimum harta yang wajib dizakati. Penetapan nisab zakat mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat dan memastikan bahwa zakat hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu.

Memahami hubungan antara maslahah mursalah dan dalil wajib zakat sangat penting dalam konteks kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hal ini memungkinkan umat Islam untuk memahami hikmah di balik kewajiban zakat dan mengamalkannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab sosial.

Urf (Kebiasaan)

Dalam konteks dalil wajib zakat, urf (kebiasaan) memegang peranan penting sebagai salah satu sumber hukum Islam. Kebiasaan yang telah mengakar dan diamalkan secara luas dalam masyarakat dapat menjadi dasar penetapan hukum zakat, selama tidak bertentangan dengan dalil-dalil syariat yang qat’i.

  • Pengaruh Lokal

    Kebiasaan yang berlaku di suatu daerah tertentu dapat memengaruhi penetapan hukum zakat. Misalnya, di daerah yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, maka zakat dapat dikenakan pada hasil pertanian yang menjadi komoditas utama di daerah tersebut.

  • Nilai Sosial

    Kebiasaan juga dapat mencerminkan nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya, kebiasaan saling membantu dan tolong-menolong dapat menjadi dasar penetapan hukum zakat yang mengutamakan distribusi kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan.

  • Kemaslahatan Umum

    Kebiasaan yang membawa kemaslahatan umum dapat menjadi pertimbangan dalam penetapan hukum zakat. Misalnya, kebiasaan mengelola zakat secara kolektif melalui badan atau lembaga tertentu dapat memudahkan penyaluran dan pemerataan zakat.

  • Konsistensi dengan Syariat

    Meski kebiasaan memiliki peran penting, namun tetap harus dipertimbangkan konsistensinya dengan dalil-dalil syariat yang qat’i. Jika suatu kebiasaan bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat, maka tidak dapat dijadikan dasar penetapan hukum zakat.

Dengan demikian, urf (kebiasaan) menjadi salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam memahami dalil wajib zakat. Kebiasaan yang sesuai dengan nilai-nilai syariat dan membawa kemaslahatan umum dapat menjadi landasan hukum zakat yang kuat dan sesuai dengan konteks masyarakat.

Istihsan (Pertimbangan Hukum)

Istihsan merupakan salah satu aspek penting dalam dalil wajib zakat. Istihsan adalah pertimbangan hukum yang digunakan untuk menetapkan hukum suatu persoalan berdasarkan kemaslahatan dan keadilan, meskipun tidak terdapat dalil eksplisit dalam Al-Quran dan hadis.

  • Maslahah

    Istihsan mempertimbangkan kemaslahatan umat Islam, baik secara individu maupun kolektif. Misalnya, dalam penetapan kadar zakat, istihsan digunakan untuk menentukan kadar yang adil dan tidak memberatkan.

  • Keadilan

    Istihsan juga didasarkan pada prinsip keadilan. Misalnya, istihsan digunakan untuk menetapkan bahwa zakat tidak boleh diambil dari harta yang diperoleh melalui cara yang haram.

  • Analogi

    Istihsan dapat menggunakan analogi dengan kasus-kasus serupa yang telah diatur hukumnya. Misalnya, istihsan digunakan untuk menetapkan bahwa zakat wajib dikeluarkan dari hasil tambang, meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Quran dan hadis.

  • Kebiasaan

    Istihsan juga mempertimbangkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. Misalnya, istihsan digunakan untuk menetapkan bahwa zakat dapat dikelola secara kolektif melalui lembaga tertentu.

Istihsan merupakan aspek penting dalam dalil wajib zakat karena memungkinkan para ulama untuk menetapkan hukum zakat yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Istihsan juga memastikan bahwa hukum zakat tetap relevan dan adil dalam berbagai situasi dan kondisi.

Sadd az-Dzari’ah (Penutupan Jalan Menuju Kejahatan)

Dalam konteks pembahasan dalil wajib zakat, Sadd az-Dzari’ah merupakan prinsip penting yang digunakan untuk menutup segala celah atau jalan yang dapat mengarah pada perbuatan dosa atau kejahatan. Prinsip ini bertujuan untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran zakat, serta mencegah terjadinya penyalahgunaan atau penyimpangan dalam pelaksanaannya.

  • Penutupan Celah Penghindaran Zakat

    Prinsip Sadd az-Dzari’ah diterapkan untuk menutup celah atau cara-cara yang dapat digunakan orang untuk menghindari kewajiban zakat. Misalnya, dengan mengalihkan harta kepada orang lain atau menyembunyikan harta agar tidak mencapai nisab.

  • Pelarangan Transaksi Penipuan

    Prinsip ini juga melarang segala bentuk transaksi yang berpotensi menjadi jalan menuju penipuan atau manipulasi dalam pembayaran zakat. Seperti menjual harta yang tidak sebenarnya dimiliki atau melakukan transaksi fiktif untuk mengurangi kewajiban zakat.

  • Pengawasan Lembaga Zakat

    Prinsip Sadd az-Dzari’ah mengharuskan adanya pengawasan yang ketat terhadap lembaga-lembaga zakat. Hal ini untuk mencegah terjadinya penyelewengan atau penyalahgunaan dana zakat yang dikumpulkan.

  • Pemberian Sanksi Pelanggaran

    Bagi mereka yang melanggar prinsip Sadd az-Dzari’ah, misalnya dengan menghindari kewajiban zakat atau menyalahgunakan dana zakat, dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan syariat.

Dengan menerapkan prinsip Sadd az-Dzari’ah, umat Islam dapat menjaga kemurnian ajaran zakat dan memastikan bahwa kewajiban zakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat. Prinsip ini juga melindungi masyarakat dari potensi penipuan atau penyalahgunaan dalam pengelolaan zakat, sehingga zakat dapat benar-benar menjadi instrumen pemerataan kekayaan dan pengentasan kemiskinan.

Ilzam (Kewajiban)

Dalam pembahasan dalil wajib zakat, aspek Ilzam (kewajiban) memegang peranan krusial. Ilzam merupakan penetapan syariat bahwa zakat wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat, menjadikannya sebuah kewajiban yang mengikat.

  • Komponen Kewajiban

    Ilzam dalam zakat terdiri dari beberapa komponen, antara lain adanya syarat wajib zakat, tata cara pembayaran zakat, dan jenis harta yang wajib dizakati. Keseluruhan komponen ini membentuk kewajiban yang komprehensif.

  • Sanksi Pelanggaran

    Bagi mereka yang tidak menunaikan kewajiban zakat, syariat telah menetapkan sanksi. Sanksi ini bertujuan untuk memberikan efek jera dan mendorong umat Islam untuk memenuhi kewajiban zakatnya.

  • Konsekuensi Sosial

    Selain sanksi syariat, terdapat pula konsekuensi sosial bagi mereka yang tidak menunaikan zakat. Mereka akan dicap sebagai orang yang kikir dan tidak peduli terhadap kesejahteraan masyarakat.

  • Tanggung Jawab Kolektif

    Kewajiban zakat tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan dan mendorong anggotanya untuk menunaikan zakat.

Dengan demikian, aspek Ilzam (kewajiban) dalam dalil wajib zakat memiliki cakupan yang luas, meliputi penetapan kewajiban, sanksi bagi pelanggar, dampak sosial, hingga tanggung jawab kolektif. Memahami aspek ini sangat penting dalam mengimplementasikan zakat secara efektif dan memastikan bahwa kewajiban ini dapat terlaksana dengan baik.

Tanya Jawab Seputar Dalil Wajib Zakat

Bagian ini menyajikan tanya jawab seputar dalil wajib zakat untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada pembaca.

Pertanyaan 1: Apa saja dasar hukum yang mewajibkan zakat?

Jawaban: Dalil wajib zakat bersumber dari Al-Quran, hadis, ijma’ (konsensus ulama), qiyas (analogi), maslahah mursalah (kepentingan umum), urf (kebiasaan), istihsan (pertimbangan hukum), sadd az-dzari’ah (penutupan jalan menuju kejahatan), dan ilzam (kewajiban).

Pertanyaan 2: Mengapa zakat diwajibkan bagi umat Islam?

Jawaban: Zakat diwajibkan untuk membersihkan harta dari sifat kikir dan keserakahan, serta untuk membantu fakir miskin dan yang membutuhkan.

Pertanyaan 3: Jenis harta apa saja yang wajib dizakati?

Jawaban: Harta yang wajib dizakati meliputi emas, perak, uang tunai, hasil pertanian, hasil perniagaan, hewan ternak, dan hasil tambang.

Pertanyaan 4: Berapa kadar zakat yang harus dikeluarkan?

Jawaban: Kadar zakat berbeda-beda tergantung jenis hartanya. Misalnya, zakat emas dan perak adalah 2,5%, zakat hasil pertanian adalah 5% atau 10%, dan zakat hewan ternak bervariasi sesuai jenis hewannya.

Pertanyaan 5: Siapa saja yang berhak menerima zakat?

Jawaban: Zakat berhak diterima oleh delapan golongan yang disebutkan dalam Al-Quran, yaitu fakir, miskin, amil zakat, mualaf, hamba sahaya, orang yang berutang, fisabilillah, dan ibnu sabil.

Pertanyaan 6: Apa hukumnya jika seseorang tidak menunaikan zakat?

Jawaban: Meninggalkan zakat hukumnya adalah dosa besar. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa orang yang tidak menunaikan zakat hartanya akan dilipatgandakan menjadi api neraka pada hari kiamat.

Demikianlah tanya jawab seputar dalil wajib zakat. Memahami dalil-dalil tersebut sangat penting bagi umat Islam agar dapat menunaikan kewajiban zakat dengan benar dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.

Pembahasan seputar dalil wajib zakat ini akan dilanjutkan pada bagian berikutnya, yang akan mengupas lebih dalam tentang hikmah dan manfaat zakat bagi individu dan masyarakat.

Tips Memahami Dalil Wajib Zakat

Untuk memahami dalil wajib zakat dengan baik, berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan:

Tip 1: Pelajari Al-Quran dan Hadis
Dalil utama wajib zakat terdapat dalam Al-Quran dan hadis. Pelajari ayat-ayat dan hadis-hadis yang berkaitan dengan zakat untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif.

Tip 2: Pahami Syarat Wajib Zakat
Zakat hanya wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang memenuhi syarat tertentu, seperti memiliki harta yang mencapai nisab dan telah dimiliki selama satu tahun.

Tip 3: Ketahui Jenis Harta yang Wajib Dizakati
Tidak semua harta wajib dizakati. Pelajari jenis-jenis harta yang wajib dizakati, seperti emas, perak, hasil pertanian, dan hasil perniagaan.

Tip 4: Hitung Kadar Zakat dengan Benar
Setiap jenis harta memiliki kadar zakat yang berbeda-beda. Pastikan untuk menghitung kadar zakat dengan benar agar kewajiban zakat dapat terpenuhi dengan baik.

Tip 5: Pilih Lembaga Zakat yang Terpercaya
Salurkan zakat melalui lembaga zakat yang terpercaya dan memiliki kredibilitas yang baik. Hal ini untuk memastikan bahwa zakat akan disalurkan kepada pihak-pihak yang berhak.

Tip 6: Niatkan karena Allah SWT
Dalam menunaikan zakat, niatkanlah karena Allah SWT dan tidak mengharapkan imbalan apa pun. Zakat yang diniatkan dengan ikhlas akan memberikan keberkahan bagi pemberi zakat.

Tip 7: Tunaikan Zakat Tepat Waktu
Zakat wajib ditunaikan tepat waktu setelah mencapai nisab dan haul. Menunda pembayaran zakat dapat mengurangi nilai pahala dan berpotensi menimbulkan dosa.

Tip 8: Tingkatkan Pengetahuan tentang Zakat
Terus tingkatkan pengetahuan tentang zakat dengan membaca buku, mengikuti kajian, atau bertanya kepada ulama dan ahli di bidang zakat.

Dengan memahami dalil wajib zakat dan menerapkan tips-tips ini, umat Islam dapat menunaikan kewajiban zakat dengan baik dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.

Pembahasan tentang dalil wajib zakat ini akan dilanjutkan pada bagian berikutnya, yang akan mengupas lebih dalam tentang hikmah dan manfaat zakat bagi individu dan masyarakat.

Kesimpulan

Pembahasan tentang dalil wajib zakat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dasar-dasar hukum yang mewajibkan umat Islam untuk menunaikan zakat. Dalil-dalil ini bersumber dari Al-Quran, hadis, dan berbagai metode pengambilan hukum Islam lainnya, sehingga menjadi landasan yang kuat bagi kewajiban zakat.

Selain itu, artikel ini juga membahas mengenai hikmah dan manfaat zakat, baik bagi individu maupun masyarakat. Memahami dalil wajib zakat dan hikmah di baliknya dapat memotivasi umat Islam untuk menunaikan zakat dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Zakat memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan sosial, mengurangi kemiskinan, dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.



Artikel Terkait

Bagikan:

lisa

Hai, nama aku Lisa! Udah lebih dari 5 tahun nih aku terjun di dunia tulis-menulis. Gara-gara hobi membaca dan menulis, aku jadi semakin suka buat berbagi cerita sama kalian semua. Makasih banget buat kalian yang udah setia baca tulisan-tulisanku selama ini. Oh iya, jangan lupa cek juga tulisan-tulisanku di Stikes Perintis, ya. Dijamin, kamu bakal suka! Makasih lagi buat dukungannya, teman-teman! Tanpa kalian, tulisanku nggak akan seistimewa ini. Keep reading and let's explore the world together! 📖❤️

Tags

Cek di Google News

Artikel Terbaru