Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia juga tercermin pada keberagaman paham dan golongan dalam agama Islam. Tercatat hingga saat ini terdapat 73 golongan Islam yang diakui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
Keberagaman golongan Islam di Indonesia merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang dan kompleks. Pengaruh ajaran Islam yang masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi, perpaduan dengan budaya dan tradisi lokal, serta interaksi dengan berbagai aliran pemikiran Islam dari luar negeri, turut membentuk corak keberagaman Islam di Indonesia.
Pada artikel ini, kita akan membahas secara detail mengenai 73 golongan Islam yang terdapat di Indonesia, asal-usul sejarahnya, serta ajaran dan praktik yang dianut oleh masing-masing golongan.
73 golongan islam
Berikut ini adalah 9 poin penting mengenai 73 golongan Islam di Indonesia:
- Beragam paham dan aliran
- Hasil proses sejarah panjang
- Pengaruh budaya dan tradisi lokal
- Interaksi dengan aliran luar negeri
- Diakui oleh Kementerian Agama RI
- Asal-usul sejarah unik
- Ajaran dan praktik berbeda
- Toleransi dan harmoni beragama
- Kekayaan khazanah Islam Indonesia
Keberagaman golongan Islam di Indonesia menjadi bukti kekayaan khazanah Islam di negara ini, serta menunjukkan semangat toleransi dan harmoni beragama yang telah terjalin sejak lama.
Beragam paham dan aliran
Keberagaman paham dan aliran dalam 73 golongan Islam di Indonesia sangatlah luas. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti pengaruh budaya dan tradisi lokal, interaksi dengan berbagai aliran pemikiran Islam dari luar negeri, serta interpretasi yang berbeda terhadap ajaran-ajaran Islam.
- Ahlus Sunnah wal Jamaah
Merupakan paham mayoritas umat Islam di Indonesia, yang meliputi empat mazhab fikih utama, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, serta menganut aqidah Asy’ariyah atau Maturidiyah.
- Syiah
Merupakan paham yang meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Di Indonesia, terdapat beberapa kelompok Syiah, seperti Syiah Zaidiyah, Syiah Ismailiyah, dan Syiah Itsna Asyariyah.
- Ahmadiyah
Merupakan paham yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada abad ke-19 di India. Ahmadiyah meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi setelah Nabi Muhammad SAW, dan mengajarkan bahwa jihad harus dilakukan dengan cara damai.
- Tarekat
Merupakan paham yang menekankan pada praktik spiritual dan mistisisme dalam ajaran Islam. Di Indonesia, terdapat banyak tarekat, seperti Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Qadiriyah, dan Tarekat Tijaniyah.
Selain paham-paham di atas, masih banyak lagi paham dan aliran Islam lainnya yang terdapat di Indonesia. Keberagaman ini menunjukkan kekayaan khazanah Islam di Indonesia, serta semangat toleransi dan harmoni beragama yang telah terjalin sejak lama.
Hasil proses sejarah panjang
Keberagaman golongan Islam di Indonesia merupakan hasil dari proses sejarah yang panjang dan kompleks. Pengaruh ajaran Islam yang masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi, perpaduan dengan budaya dan tradisi lokal, serta interaksi dengan berbagai aliran pemikiran Islam dari luar negeri, telah membentuk corak keberagaman Islam di Indonesia.
- Pengaruh ajaran Islam
Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dan mubaligh dari Arab, Persia, dan Gujarat. Ajaran-ajaran ini kemudian berinteraksi dengan kepercayaan dan budaya lokal, sehingga membentuk corak Islam yang khas Indonesia.
- Perpaduan dengan budaya dan tradisi lokal
Islam yang masuk ke Indonesia tidak serta merta menggantikan kepercayaan dan budaya lokal yang sudah ada. Sebaliknya, terjadi proses akulturasi dan asimilasi, di mana ajaran Islam berpadu dengan budaya dan tradisi lokal, sehingga membentuk corak Islam Nusantara.
- Interaksi dengan aliran pemikiran Islam dari luar negeri
Selain pengaruh dari dalam negeri, Islam di Indonesia juga mendapat pengaruh dari berbagai aliran pemikiran Islam dari luar negeri, seperti sufisme, rasionalisme, dan modernisme. Interaksi ini memperkaya khazanah intelektual Islam di Indonesia, sekaligus turut membentuk corak keberagaman Islam di Indonesia.
- Perkembangan sejarah dan politik
Perkembangan sejarah dan politik Indonesia juga turut memengaruhi keberagaman golongan Islam di Indonesia. Misalnya, pada masa kolonial Belanda, pemerintah kolonial menerapkan kebijakan divide et impera, yang memecah belah umat Islam berdasarkan paham dan aliran yang dianut.
Proses sejarah yang panjang dan kompleks inilah yang telah membentuk keberagaman golongan Islam di Indonesia, yang hingga kini masih terus berkembang dan saling berinteraksi.
Pengaruh budaya dan tradisi lokal
Pengaruh budaya dan tradisi lokal sangat terasa dalam perkembangan Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dalam berbagai aspek, mulai dari praktik ibadah, arsitektur masjid, hingga seni dan budaya Islam di Indonesia.
Dalam praktik ibadah, misalnya, masyarakat Indonesia banyak mengadopsi unsur-unsur budaya dan tradisi lokal. Hal ini terlihat dalam penggunaan bahasa daerah dalam doa dan zikir, serta adanya tradisi-tradisi lokal yang dipadukan dengan ajaran Islam, seperti kenduri, selamatan, dan tahlilan.
Arsitektur masjid di Indonesia juga menunjukkan pengaruh budaya dan tradisi lokal. Masjid-masjid di Indonesia umumnya memiliki ciri khas arsitektur lokal, seperti penggunaan atap tumpang pada masjid-masjid di Jawa, atau penggunaan ukiran dan ornamen khas daerah pada masjid-masjid di Sumatera dan Kalimantan.
Pengaruh budaya dan tradisi lokal juga terlihat dalam seni dan budaya Islam di Indonesia. Hal ini terlihat dalam berbagai bentuk kesenian, seperti kaligrafi, seni musik, dan seni tari. Kaligrafi di Indonesia, misalnya, banyak menggunakan huruf Arab yang dipadukan dengan motif-motif tradisional Indonesia, sehingga menghasilkan karya seni yang unik dan khas Indonesia.
Dengan demikian, pengaruh budaya dan tradisi lokal telah memperkaya khazanah Islam di Indonesia, sekaligus membentuk corak Islam yang khas Indonesia, yang dikenal dengan Islam Nusantara.
Interaksi dengan aliran luar negeri
Selain pengaruh budaya dan tradisi lokal, Islam di Indonesia juga mendapat pengaruh dari berbagai aliran pemikiran Islam dari luar negeri. Interaksi ini memperkaya khazanah intelektual Islam di Indonesia, sekaligus turut membentuk corak keberagaman Islam di Indonesia.
- Sufisme
Sufisme adalah aliran pemikiran Islam yang menekankan pada praktik spiritual dan mistisisme. Sufisme masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi, dan berkembang pesat di kalangan masyarakat Indonesia. Ajaran-ajaran sufisme, seperti zuhud, wara’, dan ikhlas, sangat berpengaruh dalam membentuk karakteristik Islam di Indonesia yang toleran, damai, dan penuh kasih sayang.
- Rasionalisme
Rasionalisme adalah aliran pemikiran Islam yang menekankan pada penggunaan akal dan logika dalam memahami ajaran Islam. Rasionalisme masuk ke Indonesia pada abad ke-19 Masehi, dan berpengaruh pada gerakan reformasi Islam di Indonesia. Tokoh-tokoh rasionalis Indonesia, seperti Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, menyerukan pemurnian ajaran Islam dari takhayul dan bid’ah, serta mendorong penggunaan akal dan ilmu pengetahuan dalam memahami agama.
- Modernisme
Modernisme adalah aliran pemikiran Islam yang berusaha menyesuaikan ajaran Islam dengan perkembangan zaman modern. Modernisme masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 Masehi, dan berpengaruh pada pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia, seperti Soekarno, Mohammad Natsir, dan Hamka. Tokoh-tokoh modernis Indonesia berusaha menginterpretasikan ajaran Islam secara kontekstual, sehingga relevan dengan tantangan dan kebutuhan zaman modern.
- Salafiyah
Salafiyah adalah aliran pemikiran Islam yang berusaha kembali kepada ajaran Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Salafiyah masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20 Masehi, dan berkembang pesat pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Tokoh-tokoh Salafi Indonesia, seperti Abdul Qodir Baraja dan Habib Rizieq Shihab, menyerukan pemurnian ajaran Islam dari pengaruh budaya dan tradisi lokal, serta kembali kepada sumber-sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Interaksi dengan aliran pemikiran Islam dari luar negeri ini telah memperkaya khazanah intelektual Islam di Indonesia, sekaligus turut membentuk corak keberagaman Islam di Indonesia.
Diakui oleh Kementerian Agama RI
Di Indonesia, 73 golongan Islam yang diakui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Pengakuan ini diberikan berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 140 Tahun 2022 tentang Penetapan Golongan Islam dan Aliran Kepercayaan di Indonesia.
- Persyaratan pengakuan
Untuk mendapatkan pengakuan dari Kementerian Agama, suatu golongan Islam harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
- Memiliki ajaran yang sesuai dengan ajaran Islam.
- Memiliki organisasi yang jelas dan terdaftar.
- Tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
- Tidak meresahkan masyarakat.
- Tujuan pengakuan
Pengakuan dari Kementerian Agama memberikan beberapa manfaat bagi golongan Islam, antara lain:
- Legalitas dan perlindungan hukum.
- Kemudahan dalam memperoleh fasilitas dan layanan dari pemerintah.
- Pengakuan dan legitimasi di mata masyarakat.
- Dampak pengakuan
Pengakuan dari Kementerian Agama berdampak pada keberagaman Islam di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mengakui dan menghargai keberagaman paham dan aliran dalam Islam, serta berkomitmen untuk menjaga toleransi dan harmoni beragama.
- Daftar 73 golongan Islam
73 golongan Islam yang diakui oleh Kementerian Agama RI dapat dilihat pada lampiran Keputusan Menteri Agama Nomor 140 Tahun 2022, yang dapat diakses melalui situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia.
Pengakuan 73 golongan Islam oleh Kementerian Agama RI merupakan langkah penting dalam menjaga keberagaman dan toleransi beragama di Indonesia.
Asal-usul sejarah unik
Setiap golongan Islam yang diakui di Indonesia memiliki asal-usul sejarah yang unik dan menarik. Berikut ini adalah beberapa contoh asal-usul sejarah unik dari beberapa golongan Islam di Indonesia:
Ahmadiyah
Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1889 di India. Mirza Ghulam Ahmad mengklaim sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW, dan mengajarkan bahwa jihad harus dilakukan dengan cara damai. Ajaran-ajaran Ahmadiyah dianggap menyimpang dari ajaran Islam oleh sebagian besar umat Islam, dan Ahmadiyah mengalami penganiayaan di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Naqsyabandiyah didirikan oleh Bahauddin Naqsyband pada abad ke-14 Masehi di Bukhara, Uzbekistan. Tarekat ini masuk ke Indonesia pada abad ke-16 Masehi, dan berkembang pesat di kalangan masyarakat Indonesia. Tarekat Naqsyabandiyah dikenal dengan ajarannya yang menekankan pada dzikir dan suluk, serta menghindari hal-hal yang bersifat duniawi.
Syiah Zaidiyah
Syiah Zaidiyah merupakan salah satu cabang dari Syiah yang didirikan oleh Zaid bin Ali pada abad ke-8 Masehi. Syiah Zaidiyah masuk ke Indonesia pada abad ke-16 Masehi, dan berkembang di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh dan Sumatera Barat. Syiah Zaidiyah dikenal dengan ajarannya yang lebih moderat dibandingkan dengan Syiah lainnya, dan tidak mengakui doktrin imamah.
Islam Kejawen
Islam Kejawen merupakan salah satu bentuk Islam sinkretis yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Islam Kejawen menggabungkan ajaran Islam dengan kepercayaan dan tradisi Jawa, seperti animisme dan dinamisme. Islam Kejawen berkembang pada abad ke-16 Masehi, dan hingga kini masih dianut oleh sebagian masyarakat Jawa.
Asal-usul sejarah yang unik dari masing-masing golongan Islam di Indonesia menunjukkan kekayaan dan keberagaman khazanah Islam di Indonesia.
Ajaran dan praktik berbeda
Selain asal-usul sejarah yang unik, setiap golongan Islam di Indonesia juga memiliki ajaran dan praktik yang berbeda-beda. Perbedaan ini terlihat dalam berbagai aspek, mulai dari praktik ibadah, hingga pandangan tentang kehidupan sosial dan politik.
- Praktik ibadah
Perbedaan praktik ibadah terlihat dalam hal-hal seperti tata cara salat, zakat, puasa, dan haji. Misalnya, dalam praktik salat, ada golongan Islam yang menganut mazhab Syafi’i, yang melakukan salat dengan mengangkat tangan saat takbiratul ihram, sementara ada juga golongan Islam yang menganut mazhab Hanafi, yang melakukan salat dengan tidak mengangkat tangan saat takbiratul ihram.
- Pandangan tentang kehidupan sosial dan politik
Perbedaan pandangan tentang kehidupan sosial dan politik terlihat dalam hal-hal seperti sikap terhadap pemerintahan, partisipasi politik, dan hubungan dengan masyarakat non-Muslim. Misalnya, ada golongan Islam yang menganut paham politik Islam, yang berpendapat bahwa Islam harus diterapkan dalam kehidupan bernegara, sementara ada juga golongan Islam yang menganut paham Islam moderat, yang berpendapat bahwa Islam tidak boleh dicampuri dengan urusan politik.
- Tafsir Al-Qur’an dan Hadis
Perbedaan tafsir Al-Qur’an dan Hadis juga menjadi faktor yang membedakan ajaran dan praktik antar golongan Islam. Misalnya, ada golongan Islam yang menganut tafsir Al-Qur’an secara literal, sementara ada juga golongan Islam yang menganut tafsir Al-Qur’an secara kontekstual dan progresif.
- Pengaruh budaya dan tradisi lokal
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pengaruh budaya dan tradisi lokal juga turut membentuk ajaran dan praktik golongan Islam di Indonesia. Misalnya, ada golongan Islam yang mengadopsi unsur-unsur budaya dan tradisi Jawa dalam praktik ibadahnya, sementara ada juga golongan Islam yang tidak mengadopsi unsur-unsur budaya dan tradisi tersebut.
Perbedaan ajaran dan praktik antar golongan Islam di Indonesia merupakan cerminan dari kekayaan dan keberagaman khazanah Islam di Indonesia.
Toleransi dan harmoni beragama
Keberagaman golongan Islam di Indonesia tidak menghalangi terwujudnya toleransi dan harmoni beragama di Indonesia. Umat Islam di Indonesia umumnya menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati antar sesama, meskipun memiliki paham dan praktik keagamaan yang berbeda.
Toleransi dan harmoni beragama di Indonesia didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
- Ajaran Islam yang menekankan toleransi
Ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk menghormati perbedaan dan hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 6, yang artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”.
- Tradisi dan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi toleransi
Masyarakat Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang menjunjung tinggi toleransi dan saling menghormati. Hal ini terlihat dalam semboyan negara Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu.
- Peran pemerintah dalam menjaga toleransi
Pemerintah Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga toleransi dan harmoni beragama. Pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan dan kebijakan yang melindungi kebebasan beragama dan mencegah terjadinya diskriminasi dan kekerasan antar umat beragama.
- Dialog dan kerja sama antar umat beragama
Dialog dan kerja sama antar umat beragama juga berkontribusi dalam menjaga toleransi dan harmoni beragama di Indonesia. Melalui dialog dan kerja sama, umat beragama dapat saling memahami dan menghargai perbedaan, serta bekerja sama untuk membangun masyarakat yang harmonis.
Toleransi dan harmoni beragama di Indonesia merupakan modal penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Umat Islam di Indonesia diharapkan terus menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati, sehingga Indonesia tetap menjadi negara yang damai dan harmonis.
FAQ
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai 73 golongan Islam di Indonesia:
Pertanyaan 1: Apa saja golongan Islam terbesar di Indonesia?
Jawaban: Golongan Islam terbesar di Indonesia adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang meliputi empat mazhab fikih utama, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
Pertanyaan 2: Apa perbedaan antara Syiah dan Sunni?
Jawaban: Perbedaan utama antara Syiah dan Sunni terletak pada keyakinan tentang kepemimpinan umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Syiah meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sedangkan Sunni meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam dipegang oleh para khalifah yang dipilih melalui musyawarah.
Pertanyaan 3: Apa itu Tarekat?
Jawaban: Tarekat adalah paham dalam Islam yang menekankan pada praktik spiritual dan mistisisme. Tarekat biasanya memiliki ajaran dan praktik khusus, seperti dzikir, suluk, dan tirakat.
Pertanyaan 4: Apa saja golongan Islam yang dianggap menyimpang?
Jawaban: Beberapa golongan Islam yang dianggap menyimpang oleh sebagian besar umat Islam di Indonesia adalah Ahmadiyah, Baha’i, dan Islam Jamaah Ahmadiyah (IJAMA).
Pertanyaan 5: Bagaimana pemerintah Indonesia mengatur keberadaan 73 golongan Islam?
Jawaban: Pemerintah Indonesia mengatur keberadaan 73 golongan Islam melalui Kementerian Agama Republik Indonesia. Kementerian Agama mengeluarkan peraturan dan kebijakan yang mengatur pengakuan, pembinaan, dan pengawasan golongan Islam di Indonesia.
Pertanyaan 6: Mengapa keberagaman golongan Islam di Indonesia perlu dijaga?
Jawaban: Keberagaman golongan Islam di Indonesia perlu dijaga karena merupakan kekayaan khazanah Islam Indonesia. Keberagaman ini menunjukkan bahwa Islam di Indonesia berkembang secara dinamis dan adaptif, serta menjadi bagian dari identitas budaya dan sosial masyarakat Indonesia.
Pertanyaan 7: Bagaimana cara kita menjaga toleransi dan harmoni beragama di tengah keberagaman golongan Islam?
Jawaban: Kita dapat menjaga toleransi dan harmoni beragama di tengah keberagaman golongan Islam dengan saling menghormati perbedaan, menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, dan bekerja sama untuk membangun masyarakat yang damai dan harmonis.
Demikianlah beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai 73 golongan Islam di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Tips
Berikut ini adalah beberapa tips untuk memahami dan menghargai keberagaman golongan Islam di Indonesia:
1. Pelajari sejarah dan ajaran masing-masing golongan Islam
Dengan mempelajari sejarah dan ajaran masing-masing golongan Islam, kita dapat memahami perbedaan dan persamaan di antara mereka. Hal ini akan membantu kita untuk lebih toleran dan menghargai perbedaan.
2. Berdialog dan berinteraksi dengan pemeluk golongan Islam yang berbeda
Dialog dan interaksi yang positif dengan pemeluk golongan Islam yang berbeda dapat membantu kita untuk memahami perspektif mereka dan membangun jembatan di antara kita. Hal ini juga dapat membantu untuk menghilangkan prasangka dan kesalahpahaman.
3. Hormati perbedaan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan
Meskipun terdapat perbedaan di antara golongan Islam, kita harus tetap menghormati perbedaan tersebut dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, seperti toleransi, saling pengertian, dan kerja sama. Hal ini penting untuk menjaga harmoni dan persatuan di tengah keberagaman.
4. Hindari ujaran kebencian dan diskriminasi
Ujaran kebencian dan diskriminasi terhadap golongan Islam tertentu dapat merusak harmoni beragama dan memecah belah masyarakat. Kita harus menghindari ujaran kebencian dan diskriminasi, serta mempromosikan kesetaraan dan keadilan bagi semua pemeluk agama.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, kita dapat berkontribusi dalam menjaga toleransi dan harmoni beragama di Indonesia, serta menghargai keberagaman golongan Islam sebagai bagian dari kekayaan khazanah Islam Indonesia.
Kesimpulan
Keberagaman 73 golongan Islam di Indonesia merupakan cerminan dari kekayaan dan dinamika perkembangan Islam di Indonesia. Keberagaman ini telah membentuk corak Islam Nusantara yang khas, yang dikenal dengan toleransi, moderat, dan adaptif terhadap budaya dan tradisi lokal.
Meskipun terdapat perbedaan paham dan praktik keagamaan, umat Islam di Indonesia secara umum menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati. Hal ini didukung oleh ajaran Islam yang menekankan toleransi, tradisi dan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi keberagaman, serta peran pemerintah dalam menjaga kebebasan beragama dan mencegah diskriminasi antar umat beragama.
Keberagaman golongan Islam di Indonesia merupakan modal penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Umat Islam di Indonesia diharapkan terus menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan saling menghormati, serta bekerja sama untuk membangun masyarakat yang damai, harmonis, dan sejahtera.