Puasa sebelum Idul Adha disebut juga sebagai puasa Tarwiyah. Puasa ini dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum pelaksanaan ibadah haji di Arafah. Puasa Tarwiyah dianjurkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Puasa Tarwiyah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya menghapus dosa-dosa kecil, meningkatkan pahala, dan melatih menahan diri. Dalam sejarah Islam, puasa ini telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Sebagai salah satu ibadah sunnah dalam Islam, puasa Tarwiyah merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha.
Puasa Sebelum Idul Adha Disebut
Puasa sebelum Idul Adha memiliki beberapa aspek penting yang perlu diketahui, di antaranya:
- Waktu pelaksanaan: 8 Dzulhijjah
- Hukum: Sunnah
- Keutamaan: Menghapus dosa-dosa kecil
- Syarat: Beragama Islam, baligh, berakal
- Tata cara: Niat, menahan makan dan minum
- Yang diperbolehkan berbuka: Orang sakit, musafir, ibu hamil
- Makanan yang dianjurkan: Kurma, air putih
- Doa berbuka: “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika aftartu”
- Sejarah: Dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW
- Amalan terkait: Shalat Idul Adha, kurban
Aspek-aspek tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari ibadah puasa sebelum Idul Adha. Dengan memahami aspek-aspek ini, umat Islam dapat melaksanakan puasa dengan baik dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa sebelum Idul Adha menjadi salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha dengan penuh keimanan dan ketaatan.
Waktu Pelaksanaan
Puasa sebelum Idul Adha disebut juga sebagai puasa Tarwiyah karena dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Penentuan tanggal ini memiliki dasar dalam sejarah dan ajaran Islam. Tanggal 8 Dzulhijjah merupakan hari di mana para jamaah haji melakukan perjalanan dari Mekah ke Mina untuk melaksanakan ibadah haji.
Dalam perjalanan inilah, para jamaah haji biasanya berpuasa sebagai bentuk persiapan fisik dan spiritual sebelum melaksanakan ibadah haji yang lebih berat. Puasa Tarwiyah disunnahkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, sebagai bentuk solidaritas dan untuk mendapatkan keutamaannya.
Melaksanakan puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah merupakan bagian penting dari ibadah ini. Dengan berpuasa pada waktu yang telah ditentukan, umat Islam dapat memperoleh keutamaan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Hukum
Puasa sebelum Idul Adha memiliki hukum sunnah, yang berarti dianjurkan untuk dikerjakan tetapi tidak wajib. Hukum sunnah ini memiliki beberapa aspek penting yang perlu diketahui:
- Keutamaan
Puasa Tarwiyah memiliki beberapa keutamaan, antara lain menghapus dosa-dosa kecil, meningkatkan pahala, dan melatih menahan diri.
- Waktu Pelaksanaan
Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum pelaksanaan ibadah haji di Arafah.
- Tata Cara
Tata cara puasa Tarwiyah sama seperti puasa pada umumnya, yaitu menahan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
- Yang Diperbolehkan Berbuka
Orang yang diperbolehkan berbuka puasa Tarwiyah adalah orang sakit, musafir, dan ibu hamil.
Dengan memahami aspek-aspek hukum sunnah terkait puasa Tarwiyah, umat Islam dapat melaksanakan puasa ini dengan baik dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Tarwiyah menjadi salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha dengan penuh keimanan dan ketaatan.
Keutamaan
Salah satu keutamaan puasa Tarwiyah adalah dapat menghapus dosa-dosa kecil. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa Arafah (Tarwiyah) menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa Tarwiyah memiliki manfaat yang sangat besar dalam hal penghapusan dosa. Bagi umat Islam yang memiliki dosa-dosa kecil, puasa Tarwiyah dapat menjadi sarana untuk membersihkan diri dan kembali suci.
Penghapusan dosa-dosa kecil melalui puasa Tarwiyah tentunya tidak serta merta menghapus dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar membutuhkan taubat yang sungguh-sungguh dan amal perbuatan baik lainnya untuk dapat diampuni. Namun, puasa Tarwiyah tetap menjadi kesempatan yang baik bagi umat Islam untuk mempersiapkan diri menyambut Idul Adha dengan hati yang bersih dan suci.
Syarat
Sebelum melaksanakan puasa Tarwiyah, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu beragama Islam, baligh, dan berakal. Syarat-syarat ini merupakan ketentuan penting dalam pelaksanaan ibadah puasa, termasuk puasa Tarwiyah.
- Beragama Islam
Puasa Tarwiyah merupakan ibadah yang hanya diperuntukkan bagi umat Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan puasa ini.
- Baligh
Puasa Tarwiyah hanya wajib bagi umat Islam yang telah baligh, yaitu telah mencapai usia dewasa. Anak-anak yang belum baligh belum memiliki kewajiban untuk berpuasa.
- Berakal
Puasa Tarwiyah hanya wajib bagi umat Islam yang berakal sehat. Orang yang mengalami gangguan jiwa atau hilang akal tidak memiliki kewajiban untuk berpuasa.
Syarat-syarat ini menjadi dasar dalam pelaksanaan puasa Tarwiyah. Dengan memenuhi syarat-syarat tersebut, umat Islam dapat melaksanakan puasa dengan baik dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Tarwiyah menjadi salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha dengan penuh keimanan dan ketaatan.
Tata Cara
Tata cara puasa Tarwiyah, sebagaimana puasa pada umumnya, terdiri dari dua rukun utama, yaitu niat dan menahan makan dan minum. Niat merupakan ikrar di dalam hati untuk melaksanakan puasa, sementara menahan makan dan minum berarti tidak memasukkan apa pun ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Niat puasa Tarwiyah dilakukan pada malam hari sebelum puasa, atau pada pagi hari sebelum terbit fajar. Niat ini diucapkan dalam hati dengan lafaz, “Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati Tarwiyah lillahi ta’ala.” Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah Ta’ala.”
Menahan makan dan minum merupakan bagian terpenting dari puasa. Dalam puasa Tarwiyah, umat Islam harus menahan diri dari makan dan minum, termasuk merokok dan mengunyah permen karet. Jika seseorang memasukkan sesuatu ke dalam tubuhnya dengan sengaja, maka puasanya batal. Namun, jika sesuatu masuk ke dalam tubuh secara tidak sengaja, seperti debu atau air hujan, maka puasanya tetap sah.
Dengan memahami dan melaksanakan tata cara puasa Tarwiyah dengan benar, umat Islam dapat memperoleh keutamaan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Puasa Tarwiyah menjadi salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha dengan penuh keimanan dan ketaatan.
Yang Diperbolehkan Berbuka
Puasa Tarwiyah atau puasa sebelum Idul Adha hukumnya sunnah, artinya dianjurkan untuk dikerjakan. Namun, ada beberapa golongan orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa Tarwiyah, yaitu:
- Orang Sakit
Orang yang sedang sakit diperbolehkan untuk berbuka puasa Tarwiyah. Hal ini karena orang yang sakit membutuhkan nutrisi dan asupan cairan yang cukup untuk mempercepat proses penyembuhan.
- Musafir
Musafir atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh juga diperbolehkan untuk berbuka puasa Tarwiyah. Hal ini karena perjalanan jauh dapat menyebabkan kelelahan dan dehidrasi, sehingga diperlukan asupan makanan dan minuman untuk menjaga kondisi tubuh.
- Ibu Hamil
Ibu hamil juga diperbolehkan untuk berbuka puasa Tarwiyah. Hal ini karena kebutuhan nutrisi ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan orang biasa. Selain itu, puasa dapat menyebabkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Golongan orang-orang yang diperbolehkan berbuka puasa Tarwiyah ini merupakan pengecualian dari hukum asal puasa Tarwiyah yang sunnah. Dengan demikian, bagi orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan tersebut, sangat dianjurkan untuk melaksanakan puasa Tarwiyah karena keutamaannya yang besar.
Makanan yang Dianjurkan
Dalam melaksanakan puasa Tarwiyah atau puasa sebelum Idul Adha, terdapat beberapa makanan dan minuman yang dianjurkan untuk dikonsumsi. Dua di antaranya adalah kurma dan air putih.
- Kurma
Kurma merupakan buah yang kaya akan nutrisi, seperti serat, kalium, dan magnesium. Kandungan nutrisi ini dapat membantu tubuh tetap berenergi selama berpuasa. Selain itu, kurma juga memiliki rasa yang manis sehingga dapat membantu mengurangi rasa lapar dan haus.
- Air Putih
Air putih merupakan minuman yang sangat penting untuk menjaga hidrasi tubuh selama berpuasa. Air putih membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi. Selain itu, air putih juga dapat membantu melancarkan pencernaan dan membuang racun dari dalam tubuh.
Dengan mengonsumsi kurma dan air putih saat berbuka puasa Tarwiyah, umat Islam dapat membantu tubuh tetap sehat dan berenergi selama berpuasa. Selain itu, kurma dan air putih juga dapat membantu memperlancar ibadah puasa dan memperoleh keutamaannya secara optimal.
Doa Berbuka
Doa berbuka puasa Tarwiyah atau puasa sebelum Idul Adha adalah “Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika aftartu.” Doa ini memiliki makna, “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.” Doa ini merupakan bentuk pengakuan dan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan selama berpuasa, sekaligus permohonan agar puasa yang telah dijalankan diterima oleh-Nya.
Doa berbuka puasa Tarwiyah memiliki kedudukan yang penting dalam pelaksanaan puasa. Doa ini dibaca setelah berbuka puasa, sebagai tanda bahwa puasa telah selesai. Dengan membaca doa berbuka, umat Islam dapat memperoleh keutamaan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.
Dalam kehidupan sehari-hari, doa berbuka puasa Tarwiyah dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi. Misalnya, ketika seseorang selesai melaksanakan puasa Tarwiyah, ia dapat membaca doa berbuka sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, doa berbuka puasa Tarwiyah juga dapat dibaca sebagai pengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Allah SWT, sehingga kita harus selalu bersyukur dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Sejarah
Puasa sebelum Idul Adha, yang dikenal sebagai puasa Tarwiyah, memiliki sejarah panjang yang berawal sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Riwayat yang sahih menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk melaksanakan puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum pelaksanaan ibadah haji di Arafah.
Anjuran Nabi Muhammad SAW ini menjadi dasar pelaksanaan puasa Tarwiyah bagi umat Islam hingga saat ini. Para sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman, juga diketahui rutin melaksanakan puasa Tarwiyah setiap tahunnya. Tradisi puasa Tarwiyah ini kemudian terus berlanjut dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari ibadah umat Islam menjelang Idul Adha.
Pelaksanaan puasa Tarwiyah pada zaman Nabi Muhammad SAW memiliki tujuan utama sebagai persiapan spiritual dan fisik bagi umat Islam yang akan melaksanakan ibadah haji. Dengan berpuasa, umat Islam dapat melatih kesabaran, menahan diri dari hawa nafsu, dan memperkuat keimanan mereka. Selain itu, puasa Tarwiyah juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah diperbuat.
Dalam konteks kehidupan modern, puasa Tarwiyah tetap relevan dan memiliki banyak manfaat. Puasa Tarwiyah dapat menjadi sarana untuk melatih kedisiplinan diri, menahan godaan, dan meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu, puasa Tarwiyah juga dapat menjadi pengingat bagi umat Islam tentang perjuangan dan pengorbanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam menegakkan ajaran Islam.
Amalan terkait
Puasa sebelum Idul Adha, yang dikenal sebagai puasa Tarwiyah, memiliki hubungan yang erat dengan dua amalan penting lainnya, yaitu Shalat Idul Adha dan kurban. Ketiga amalan ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari ibadah umat Islam pada Hari Raya Idul Adha.
Puasa Tarwiyah menjadi salah satu persiapan spiritual bagi umat Islam yang akan melaksanakan ibadah haji. Dengan berpuasa, umat Islam dapat melatih kesabaran, menahan diri dari hawa nafsu, dan memperkuat keimanan mereka. Persiapan spiritual ini sangat penting untuk menghadapi ibadah haji yang penuh dengan tantangan fisik dan mental.
Setelah melaksanakan puasa Tarwiyah, umat Islam akan melaksanakan Shalat Idul Adha pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah. Shalat Idul Adha merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Shalat ini menjadi simbol kebersamaan dan ketaatan umat Islam kepada Allah SWT. Setelah melaksanakan Shalat Idul Adha, umat Islam yang mampu secara finansial akan melaksanakan ibadah kurban.
Ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur umat Islam atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Dengan berkurban, umat Islam juga dapat berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Ibadah kurban menjadi penyempurna ibadah haji dan merupakan salah satu bentuk pengamalan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Tanya Jawab tentang Puasa Tarwiyah
Bagian ini menyajikan tanya jawab yang mengupas tuntas berbagai aspek puasa Tarwiyah, mulai dari pengertian, hukum, keutamaan, hingga amalan terkaitnya.
Pertanyaan 1: Apa itu puasa Tarwiyah?
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, sehari sebelum pelaksanaan ibadah haji di Arafah. Puasa ini disunnahkan bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Pertanyaan 2: Apa hukum puasa Tarwiyah?
Puasa Tarwiyah hukumnya sunnah, artinya dianjurkan untuk dikerjakan tetapi tidak wajib.
Pertanyaan 3: Apa keutamaan puasa Tarwiyah?
Keutamaan puasa Tarwiyah adalah dapat menghapus dosa-dosa kecil, meningkatkan pahala, dan melatih menahan diri.
Pertanyaan 4: Siapa saja yang diperbolehkan berbuka puasa Tarwiyah?
Orang yang diperbolehkan berbuka puasa Tarwiyah adalah orang sakit, musafir, dan ibu hamil.
Pertanyaan 5: Apa makanan yang dianjurkan saat berbuka puasa Tarwiyah?
Makanan yang dianjurkan saat berbuka puasa Tarwiyah adalah kurma dan air putih.
Pertanyaan 6: Apa amalan yang terkait dengan puasa Tarwiyah?
Amalan yang terkait dengan puasa Tarwiyah adalah Shalat Idul Adha dan kurban.
Demikianlah tanya jawab tentang puasa Tarwiyah. Semoga dapat menambah pemahaman dan memberikan manfaat bagi umat Islam yang ingin melaksanakan puasa sunnah ini.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang tata cara pelaksanaan puasa Tarwiyah. Dengan memahami tata cara yang benar, diharapkan umat Islam dapat memperoleh keutamaan dan pahala dari ibadah puasa ini secara optimal.
Tips Melaksanakan Puasa Tarwiyah
Berikut ini beberapa tips untuk melaksanakan puasa Tarwiyah dengan baik dan memperoleh keutamaannya secara optimal:
Tip 1: Niat yang Benar
Pastikan untuk berniat puasa Tarwiyah sebelum terbit fajar. Niat dapat diucapkan dalam hati dengan lafaz, “Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati Tarwiyah lillahi ta’ala.”.
Tip 2: Jaga Kesehatan
Meskipun puasa Tarwiyah hukumnya sunnah, namun kesehatan tetap harus diutamakan. Jika Anda merasa sakit atau tidak mampu berpuasa, maka diperbolehkan untuk berbuka.
Tip 3: Konsumsi Makanan Sehat
Saat berbuka puasa, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti kurma, buah-buahan, dan sayuran. Hindari makanan berlemak dan bergula tinggi.
Tip 4: Perbanyak Minum Air
Minum air putih yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi selama berpuasa. Dianjurkan untuk minum 8-10 gelas air putih per hari.
Tip 5: Istirahat yang Cukup
Istirahat yang cukup dapat membantu tubuh memulihkan tenaga setelah berpuasa. Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam.
Tip 6: Berdoa dan Berzikir
Puasa Tarwiyah merupakan momen yang tepat untuk memperbanyak doa dan zikir. Membaca Al-Qur’an juga dapat meningkatkan kekhusyukan puasa.
Tip 7: Bersedekah
Bersedekah dapat menjadi pelengkap ibadah puasa Tarwiyah. Dengan bersedekah, kita dapat berbagi kebahagiaan dengan sesama dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Tip 8: Hindari Sifat Ria
Dalam melaksanakan puasa Tarwiyah, hindarilah sifat ria atau pamer. Niatkan puasa semata-mata karena Allah SWT dan jangan mengharapkan pujian dari orang lain.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan puasa Tarwiyah dengan baik dan memperoleh keutamaannya secara optimal. Puasa Tarwiyah menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mempersiapkan diri untuk merayakan Idul Adha, dan meraih ampunan atas dosa-dosa.
Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas tentang amalan-amalan sunnah yang dianjurkan selama bulan Dzulhijjah, termasuk puasa Tarwiyah. Amalan-amalan sunnah ini dapat memperkaya ibadah kita dan meningkatkan kualitas persiapan kita menyambut Hari Raya Idul Adha.
Kesimpulan
Puasa sebelum Idul Adha disebut puasa Tarwiyah. Puasa ini memiliki beberapa keutamaan, di antaranya menghapus dosa-dosa kecil, meningkatkan pahala, dan melatih menahan diri. Pelaksanaan puasa Tarwiyah juga memiliki tata cara dan syarat tertentu yang harus dipenuhi. Puasa Tarwiyah memiliki keterkaitan erat dengan ibadah Shalat Idul Adha dan kurban, sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari rangkaian ibadah pada Hari Raya Idul Adha.
Puasa Tarwiyah mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan spiritual dan fisik sebelum melaksanakan ibadah besar, seperti haji. Dengan berpuasa, kita dapat melatih kesabaran, menahan godaan, dan memperkuat keimanan. Selain itu, puasa Tarwiyah juga menjadi pengingat tentang perjuangan dan pengorbanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam menegakkan ajaran Islam. Dengan melaksanakan puasa Tarwiyah, kita dapat meneladani semangat dan pengabdian mereka.