Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) merupakan salah satu paham keagamaan dalam Islam yang dianut oleh mayoritas umat Muslim di Indonesia. Paham ini memiliki sejarah panjang dan telah melewati berbagai perkembangan hingga menjadi seperti saat ini.
Istilah Aswaja sendiri berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari tiga kata, yaitu “Ahlussunnah”, “wal”, dan “Jama’ah”. “Ahlussunnah” berarti “pengikut sunnah”, “wal” berarti “dan”, sedangkan “Jama’ah” berarti “kelompok”. Jadi, secara harfiah, Aswaja dapat diartikan sebagai “kelompok pengikut sunnah”.
Sejarah dan perkembangan Aswaja tidak lepas dari peran tokoh-tokoh penting dalam Islam, seperti Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat, dan para ulama. Pada masa Rasulullah, Aswaja belum menjadi sebuah paham yang jelas, namun ajaran-ajaran Rasulullah yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan sunnah menjadi dasar bagi perkembangan Aswaja di kemudian hari.
Ahlussunnah Wal Jama’ah
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) memiliki beberapa poin penting yang menjadi ciri khasnya, antara lain:
- Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah
- Menghormati sahabat Nabi
- Menggunakan ijtihad
- Berpegang pada akidah Asy’ariyah
- Mengamalkan fikih Mazhab Syafi’i
- Menerima tasawuf yang selaras dengan syariat
- Moderat dan toleran
- Menjaga persatuan umat
Poin-poin penting inilah yang membedakan Aswaja dari paham keagamaan lainnya dalam Islam.
Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah
Prinsip utama dalam Aswaja adalah mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah SWT, sedangkan Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad SAW.
- Mengutamakan Al-Qur’an
Dalam memahami ajaran Islam, umat Aswaja mengutamakan Al-Qur’an sebagai sumber utama. Al-Qur’an dianggap sebagai pedoman yang paling benar dan tidak dapat diubah.
- Mengikuti Sunnah Rasulullah
Selain Al-Qur’an, umat Aswaja juga mengikuti Sunnah Rasulullah sebagai sumber ajaran Islam. Sunnah Rasulullah merupakan segala sesuatu yang diriwayatkan dari beliau, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan.
- Memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara komprehensif
Umat Aswaja berusaha memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara komprehensif dan menyeluruh. Mereka tidak hanya memahami makna ظ lahirnya saja, tetapi juga makna yang terkandung di dalamnya.
- Mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari
Prinsip mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah tidak hanya dimaknai secara teoretis, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Umat Aswaja berusaha menerapkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan mereka.
Dengan mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, umat Aswaja yakin bahwa mereka berada di jalan yang benar dan sesuai dengan ajaran Rasulullah Muhammad SAW.
Menghormati Sahabat Nabi
Umat Aswaja sangat menghormati para sahabat Nabi Muhammad SAW. Sahabat Nabi adalah orang-orang yang telah berjuang bersama Rasulullah dalam menegakkan agama Islam. Mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui ajaran Rasulullah dan paling dekat dengan beliau.
- Mengakui keutamaan para sahabat
Umat Aswaja mengakui keutamaan para sahabat Nabi. Mereka adalah generasi terbaik umat Islam setelah Rasulullah SAW. Mereka memiliki keimanan yang kuat, pengorbanan yang besar, dan ilmu agama yang mendalam.
- Tidak mengadu domba para sahabat
Umat Aswaja tidak mengadu domba para sahabat Nabi. Mereka menyadari bahwa para sahabat memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka tidak membenarkan tindakan yang dapat memecah belah persatuan umat Islam.
- Mempelajari sejarah dan ajaran para sahabat
Umat Aswaja mempelajari sejarah dan ajaran para sahabat Nabi. Mereka menjadikan para sahabat sebagai teladan dalam kehidupan beragama. Mereka mempelajari bagaimana para sahabat memahami dan mengamalkan ajaran Islam.
- Menjaga persatuan umat Islam
Dengan menghormati para sahabat Nabi, umat Aswaja menjaga persatuan umat Islam. Mereka menyadari bahwa para sahabat adalah simbol persatuan umat Islam. Mereka tidak membiarkan perbedaan pendapat di antara para sahabat memecah belah umat Islam.
Dengan menghormati para sahabat Nabi, umat Aswaja menunjukkan kecintaannya kepada Rasulullah SAW dan ajaran Islam yang dibawa oleh beliau.
Menggunakan Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah proses pengambilan hukum Islam dari sumber-sumbernya, yaitu Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’. Umat Aswaja menggunakan ijtihad untuk menjawab berbagai persoalan keagamaan yang tidak ditemukan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Proses ijtihad dilakukan oleh para ulama yang memiliki kualifikasi tertentu, seperti menguasai bahasa Arab, memahami Al-Qur’an dan Sunnah, serta memiliki kapasitas intelektual yang mumpuni. Ulama yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.
Dalam menggunakan ijtihad, umat Aswaja berpedoman pada beberapa prinsip, antara lain:
- Ijtihad harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
- Ijtihad harus dilakukan oleh ulama yang memenuhi syarat.
- Ijtihad harus dilakukan dengan menggunakan metodologi yang benar.
- Hasil ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dengan menggunakan ijtihad, umat Aswaja dapat menjawab berbagai persoalan keagamaan yang muncul seiring dengan perkembangan zaman. Ijtihad juga menjadi salah satu faktor yang membuat ajaran Islam bersifat dinamis dan relevan dengan setiap時代.
Berpegang pada Akidah Asy’ariyah
Akidah Asy’ariyah adalah sebuah paham teologi dalam Islam yang dikembangkan oleh Imam Abu Hasan al-Asy’ari. Paham ini dianut oleh mayoritas umat Aswaja.
- Menegaskan sifat-sifat Allah SWT
Akidah Asy’ariyah menegaskan bahwa Allah SWT memiliki sifat-sifat yang sempurna. Sifat-sifat tersebut antara lain: wujud (ada), qidam (dahulu), baqa’ (kekal), wahdaniyah (esa), qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri), dan sebagainya.
- Menafikan sifat-sifat Allah SWT yang tidak layak
Akidah Asy’ariyah menafikan sifat-sifat Allah SWT yang tidak layak bagi-Nya. Sifat-sifat tersebut antara lain: jisim (jasad), hawādis (baharu), fana’ (binasa), tasybih (serupa dengan makhluk), tamatsul (menyerupai makhluk), dan sebagainya.
- Menggunakan pendekatan rasional
Akidah Asy’ariyah menggunakan pendekatan rasional dalam memahami sifat-sifat Allah SWT. Umat Asy’ariyah berusaha memahami sifat-sifat Allah SWT dengan menggunakan akal dan logika, tanpa menafikan nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah.
- Menegakkan keadilan Allah SWT
Akidah Asy’ariyah menegakkan keadilan Allah SWT. Umat Asy’ariyah percaya bahwa Allah SWT tidak akan menzalimi hamba-Nya dan tidak akan membebani mereka dengan kewajiban di luar kemampuan mereka.
Dengan berpegang pada Akidah Asy’ariyah, umat Aswaja memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Mereka percaya bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa, Maha Sempurna, dan Maha Adil.
Mengamalkan Fikih Mazhab Syafi’i
Fikih adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum Islam yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Umat Aswaja umumnya mengamalkan fikih Mazhab Syafi’i, yang didasarkan pada ajaran Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i.
Mazhab Syafi’i termasuk salah satu dari empat mazhab fikih yang diakui dalam Islam. Mazhab ini dikenal dengan pendekatannya yang moderat dan komprehensif. Imam Syafi’i menggabungkan pendekatan rasional dengan pendekatan tekstual dalam menyusun fikihnya.
Beberapa ciri khas fikih Mazhab Syafi’i antara lain:
- Mengutamakan Al-Qur’an dan Sunnah
Dalam menetapkan hukum, Imam Syafi’i selalu mengutamakan Al-Qur’an dan Sunnah. Beliau tidak akan menetapkan suatu hukum jika tidak ada dasarnya dalam kedua sumber tersebut.
- Menggunakan qiyas
Qiyas adalah proses menetapkan hukum untuk suatu masalah baru dengan cara menganalogikannya dengan masalah yang sudah ada hukumnya dalam Al-Qur’an atau Sunnah. Imam Syafi’i menggunakan qiyas sebagai salah satu metode dalam menyusun fikihnya.
- Mempertimbangkan kemaslahatan
Imam Syafi’i juga mempertimbangkan kemaslahatan umat dalam menetapkan hukum. Beliau berusaha menetapkan hukum yang membawa kemaslahatan dan menghindari kemudaratan bagi umat Islam.
Dengan mengamalkan fikih Mazhab Syafi’i, umat Aswaja dapat menjalankan ajaran Islam dengan baik dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Fikih Mazhab Syafi’i memberikan panduan yang jelas dan komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ibadah, muamalah, dan jinayah.
Menerima Tasawuf yang Selaras dengan Syariat
Tasawuf adalah ajaran dalam Islam yang menekankan pada pembersihan hati dan penyucian jiwa. Umat Aswaja menerima tasawuf yang selaras dengan syariat, yaitu tasawuf yang tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.
- Menekankan pentingnya akhlak
Tasawuf yang selaras dengan syariat menekankan pentingnya akhlak mulia. Seorang sufi sejati akan berusaha untuk memiliki akhlak yang baik, seperti jujur, amanah, sabar, dan tawadhu.
- Menghindari bid’ah
Tasawuf yang selaras dengan syariat menghindari bid’ah, yaitu segala sesuatu yang baru dalam agama dan tidak ada dasarnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Para sufi sejati akan selalu berpegang pada ajaran Islam yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
- Mengutamakan jalan tengah
Tasawuf yang selaras dengan syariat mengutamakan jalan tengah. Para sufi sejati tidak akan berlebihan dalam beribadah dan tidak akan meninggalkan kewajiban duniawi mereka.
- Memiliki guru yang jelas
Tasawuf yang selaras dengan syariat memiliki guru yang jelas dan memiliki sanad yang tersambung hingga Rasulullah SAW. Para sufi sejati akan selalu belajar dari guru mereka dan tidak akan mengikuti ajaran sufi yang menyesatkan.
Dengan menerima tasawuf yang selaras dengan syariat, umat Aswaja dapat mencapai kesempurnaan spiritual tanpa meninggalkan ajaran Islam yang benar. Tasawuf menjadi salah satu jalan bagi umat Aswaja untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Moderat dan Toleran
Umat Aswaja dikenal dengan sikapnya yang moderat dan toleran. Moderat berarti tidak ekstrem, sedangkan toleran berarti menghargai perbedaan.
- Tidak mudah mengkafirkan orang lain
Umat Aswaja tidak mudah mengkafirkan orang lain. Mereka percaya bahwa mengkafirkan orang lain adalah hak Allah SWT. Umat Aswaja lebih mengedepankan sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama umat Islam.
- Menghargai perbedaan pendapat
Umat Aswaja menghargai perbedaan pendapat di kalangan umat Islam. Mereka menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Umat Aswaja selalu berusaha mencari titik temu dan menghindari perpecahan.
- Tidak memaksakan pendapat
Umat Aswaja tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain. Mereka percaya bahwa setiap orang berhak memilih dan menjalankan ajaran Islam sesuai dengan keyakinannya masing-masing.
- Menjaga hubungan baik dengan non-Muslim
Umat Aswaja menjaga hubungan baik dengan non-Muslim. Mereka percaya bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam. Umat Aswaja selalu berusaha menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat non-Muslim di sekitarnya.
Dengan sikap moderat dan toleran, umat Aswaja menjadi perekat yang menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Mereka juga menjadi jembatan penghubung antara umat Islam dengan non-Muslim.
Men menjaga Persatuan Umat
Umat Aswaja sangat menjaga persatuan umat Islam. Persatuan umat Islam merupakan salah satu tujuan utama dalam ajaran Islam.
- Mengharga pendapat dan perbedaan
Umat Aswaja menghargi pendapat dan perbedaan di kalangan umat Islam. Mereka menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan tidak perlu dipermasalahkan. Umat Aswaja berusaha mencari titik temu dan menghindari perpecahan. - Menghindari perpecahan
Umat Aswaja berusaha menghindari perpecahan di kalangan umat Islam. Mereka percaya bahwa perpecahan hanya akan menguntungkan musuh-musuh Islam. Umat Aswaja selalu berupaya menjaga ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam). - Menjalin ukhuwah islamiyah
Umat Aswaja menjalin ukhuwah islamiyah dengan seluruh umat Islam, apapun latar belakang mereka. Mereka percaya bahwa semua umat Islam adalah saudara dan harus saling tolong-menolong. - Menjadi perekat umat
Umat Aswaja menjadi perekat umat Islam di Indonesia. Mereka menjadi penengah dan pemersatu di kalangan umat Islam yang beragam. Umat Aswaja juga menjadi jembatan penghubung antara umat Islam dengan non-Muslim.
Dengan menjaga persatuan umat, umat Aswaja berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat Islam yang kuat, harmonis, dan sejahtera.
FAQ
Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja):
Pertanyaan 1: Apa itu Aswaja?
Aswaja adalah sebuah paham keagamaan dalam Islam yang dianut oleh mayoritas umat Muslim di Indonesia. Paham ini memiliki sejarah panjang dan telah melewati berbagai perkembangan hingga menjadi seperti saat ini.
Pertanyaan 2: Siapa yang dimaksud dengan Ahlussunnah?
Ahlussunnah adalah pengikut sunnah, yaitu segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan Rasulullah Muhammad SAW.
Pertanyaan 3: Apa yang dimaksud dengan Jama’ah?
Jama’ah adalah kelompok atau komunitas. Dalam konteks Aswaja, Jama’ah merujuk pada umat Islam yang berpegang pada ajaran Ahlussunnah.
Pertanyaan 4: Apa saja ciri-ciri Aswaja?
Beberapa ciri khas Aswaja antara lain: mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, menghormati sahabat Nabi, menggunakan ijtihad, berpegang pada akidah Asy’ariyah, mengamalkan fikih Mazhab Syafi’i, menerima tasawuf yang selaras dengan syariat, moderat dan toleran, serta menjaga persatuan umat.
Pertanyaan 5: Mengapa Aswaja menjadi paham mayoritas di Indonesia?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Aswaja menjadi paham mayoritas di Indonesia, di antaranya: pengaruh Wali Songo yang menyebarkan Islam di Nusantara, masuknya Mazhab Syafi’i yang dibawa oleh para pedagang dari Timur Tengah, dan dukungan dari kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Pertanyaan 6: Bagaimana cara mengamalkan Aswaja dalam kehidupan sehari-hari?
Cara mengamalkan Aswaja dalam kehidupan sehari-hari antara lain: mempelajari dan memahami ajaran Islam dari sumber-sumber yang terpercaya, menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat, berakhlak mulia, dan menjaga persatuan umat Islam.
Pertanyaan 7: Apa bedanya Aswaja dengan paham keagamaan lainnya?
Aswaja berbeda dengan paham keagamaan lainnya dalam beberapa hal, seperti: pendekatan dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah, sikap terhadap sahabat Nabi, penggunaan ijtihad, dan pandangan tentang tasawuf.
Demikian beberapa pertanyaan dan jawaban mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Selain memahami FAQ di atas, ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk lebih memahami dan mengamalkan ajaran Aswaja dalam kehidupan sehari-hari. Tips tersebut akan dibahas pada bagian selanjutnya.
Tips
Berikut ini beberapa tips untuk lebih memahami dan mengamalkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dalam kehidupan sehari-hari:
1. Pelajari ajaran Aswaja dari sumber-sumber terpercaya
Pelajari ajaran Aswaja dari sumber-sumber terpercaya, seperti buku-buku yang ditulis oleh ulama terkemuka, situs web resmi organisasi Aswaja, dan pengajian-pengajian yang disampaikan oleh ustadz yang berkompeten.
2. Amalkan ajaran Aswaja dalam kehidupan sehari-hari
Setelah mempelajari ajaran Aswaja, amalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini meliputi menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, berakhlak mulia, dan menjaga persatuan umat Islam.
3. Bergaul dengan orang-orang yang paham dan mengamalkan Aswaja
Bergaul dengan orang-orang yang paham dan mengamalkan Aswaja akan membantu Anda untuk lebih memahami dan menguatkan keyakinan Anda terhadap ajaran Aswaja. Carilah teman, guru, atau komunitas yang dapat menjadi teladan dalam mengamalkan Aswaja.
4. Hindari perpecahan dan ujaran kebencian
Aswaja mengajarkan untuk menjaga persatuan umat Islam dan menghindari perpecahan. Oleh karena itu, hindarilah ujaran kebencian, fitnah, dan segala bentuk tindakan yang dapat memecah belah umat Islam.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, Anda dapat lebih memahami dan mengamalkan ajaran Aswaja dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Demikian artikel tentang Ahlussunnah wal Jama’ah. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda tentang paham keagamaan yang dianut oleh mayoritas Muslim di Indonesia.
Conclusion
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) adalah paham keagamaan dalam Islam yang memiliki sejarah panjang dan telah melewati berbagai perkembangan. Paham ini memiliki beberapa ciri khas, di antaranya: mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, menghormati sahabat Nabi, menggunakan ijtihad, berpegang pada akidah Asy’ariyah, mengamalkan fikih Mazhab Syafi’i, menerima tasawuf yang selaras dengan syariat, moderat dan toleran, serta menjaga persatuan umat.
Sebagai paham mayoritas di Indonesia, Aswaja memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan dan persatuan umat Islam. Ajaran Aswaja yang moderat dan toleran menjadi perekat yang mempersatukan umat Islam dengan latar belakang yang beragam. Selain itu, Aswaja juga menjadi jembatan penghubung antara umat Islam dengan non-Muslim, sehingga tercipta kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan saling menghormati.
Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Aswaja, umat Islam dapat menjalankan ajaran agama dengan baik, menjaga persatuan dan kesatuan, serta berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.