Ah Nasution Meninggal Dunia di Usia 94 Tahun

lisa


Ah Nasution Meninggal Dunia di Usia 94 Tahun

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, telah meninggal dunia pada Rabu, 5 September 2008, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Nasution, yang dijuluki “Macan Siliwangi”, lahir pada 3 Desember 1918 di Kota Kutaraja, Aceh. Ia bergabung dengan tentara Hindia Belanda pada tahun 1940 dan kemudian menjadi salah satu komandan terkemuka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Nasution memainkan peran penting dalam membentuk Angkatan Darat Nasional Indonesia (AD), dan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 1950 hingga 1952. Ia juga aktif terlibat dalam dunia politik, menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dari tahun 1953 hingga 1955.

Daftar isi

Ah Nasution Meninggal Dunia

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, salah satu tokoh militer paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, telah meninggal dunia pada Rabu, 6 September 2008, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

  • Nasution, yang dijuluki “Macan Siliwangi”, lahir pada 3 Desember 1918, di Kota Kutaraja, Aceh. Ia bergabung dengan tentara Hindia Belanda pada tahun 1940 dan kemudian menjadi salah satu komandan terkemuka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
  • Setelah Indonesia merdeka, Nasution memainkan peran penting dalam membentuk Angkatan Darat Nasional Indonesia (AD), dan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 1949 hingga 1952. Ia juga aktif terlibat dalam dunia politik, menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dari tahun 1950 hingga 1952.
  • Nasution juga dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Ia menjadi sasaran utama penculikan yang dilakukan oleh PKI, namun berhasil lolos dan kemudian memainkan peran penting dalam menggagalkan kudeta.
  • Setelah peristiwa G30S/PKI, Nasution menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dari tahun 1966 hingga 1971. Ia juga sempat menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum tahun 1971, namun kalah dari Soeharto.
  • Nasution meninggal dunia pada usia 90 tahun karena komplikasi penyakit jantung dan paru-paru. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.

Selain disebutkan di atas, beberapa poin penting lainnya tentang Ah Nasution meninggal dunia adalah:

  • Nasution adalah salah satu dari sedikit perwira tinggi Indonesia yang pernah menerima pangkat Jenderal Besar.
  • Ia juga merupakan salah satu tokoh pendiri Universitas Indonesia.
  • Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002.

Nasution, yang dijuluki “Macan Siliwangi”, lahir pada 3 Desember 1918, di Kota Kutaraja, Aceh. Ia bergabung dengan tentara Hindia Belanda pada tahun 1940 dan kemudian menjadi salah satu komandan terkemuka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Julukan “Macan Siliwangi” diberikan kepada Nasution karena keberanian dan keganasannya dalam memimpin pasukan Siliwangi dalam pertempuran melawan Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia.

  • Lahir di Aceh dan Bergabung dengan Tentara Hindia Belanda
    Nasution lahir di Kota Kutaraja, Aceh, pada tanggal 3 Desember 1918. Ia berasal dari keluarga bangsawan Aceh yang memiliki tradisi militer yang kuat. Pada tahun 1940, Nasution bergabung dengan tentara Hindia Belanda (KNIL) dan mengikuti pendidikan militer di Bandung.
  • Peran dalam Perang Kemerdekaan Indonesia
    Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Nasution bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memainkan peran penting dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Ia menjabat sebagai komandan Divisi Siliwangi, yang bertugas di wilayah Jawa Barat. Di bawah kepemimpinan Nasution, Divisi Siliwangi berhasil mengalahkan pasukan Belanda dalam beberapa pertempuran penting, termasuk Pertempuran Bandung Lautan Api.
  • Julukan “Macan Siliwangi”
    Julukan “Macan Siliwangi” diberikan kepada Nasution karena keberanian dan keganasannya dalam memimpin pasukan Siliwangi dalam pertempuran. Ia dikenal sebagai komandan yang tegas dan tidak kenal takut, serta selalu berada di garis depan dalam pertempuran.
  • Karier Militer dan Politik Setelah Perang
    Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia berakhir, Nasution melanjutkan karier militernya dan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 1949 hingga 1952. Ia juga aktif terlibat dalam dunia politik, menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dari tahun 1950 hingga 1952.

Selain poin-poin di atas, Nasution juga memainkan peran penting dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Ia menjadi sasaran utama penculikan yang dilakukan oleh PKI, namun berhasil lolos dan kemudian memainkan peran penting dalam menggagalkan kudeta.

Setelah Indonesia merdeka, Nasution memainkan peran penting dalam membentuk Angkatan Darat Nasional Indonesia (AD), dan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dari tahun 1949 hingga 1952. Ia juga aktif terlibat dalam dunia politik, menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dari tahun 1950 hingga 1952.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Nasution bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memainkan peran penting dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Setelah perang berakhir, ia ditugaskan untuk membentuk Angkatan Darat Nasional Indonesia (AD). Sebagai KSAD, Nasution bertanggung jawab untuk membangun dan mengembangkan AD menjadi sebuah kekuatan militer yang profesional dan modern.

Di bawah kepemimpinan Nasution, AD memainkan peran penting dalam menjaga keamanan dan stabilitas Indonesia. AD terlibat dalam beberapa operasi militer, termasuk operasi penumpasan pemberontakan di Aceh dan Sumatera Utara. Nasution juga aktif terlibat dalam pengembangan doktrin militer Indonesia, dan ia dikenal sebagai salah satu tokoh pencetus konsep “Dwifungsi ABRI”.

Selain karier militernya, Nasution juga aktif terlibat dalam dunia politik. Pada tahun 1950, ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan. Sebagai menteri, Nasution bertanggung jawab atas kebijakan pertahanan dan keamanan Indonesia. Ia juga memainkan peran penting dalam pengembangan kebijakan luar negeri Indonesia, dan ia dikenal sebagai salah satu tokoh yang mendukung kerja sama dengan negara-negara Asia-Afrika.

Pada tahun 1952, Nasution mengundurkan diri dari jabatannya sebagai KSAD dan Menteri Pertahanan dan Keamanan. Ia kemudian menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dari tahun 1966 hingga 1971. Nasution juga sempat menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum tahun 1971, namun kalah dari Soeharto.

Nasution juga dikenal sebagai salah satu tokoh kunci dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Ia menjadi sasaran utama penculikan yang dilakukan oleh PKI, namun berhasil lolos dan kemudian memainkan peran penting dalam menggagalkan kudeta.

Pada malam tanggal 30 September 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal senior Angkatan Darat, termasuk Jenderal Ahmad Yani dan Jenderal Suprapto. Nasution juga menjadi salah satu target penculikan, namun ia berhasil lolos setelah terjadi baku tembak dengan pasukan G30S.

Setelah berhasil lolos, Nasution segera melaporkan kejadian tersebut kepada Presiden Soekarno dan Panglima AD Jenderal Soeharto. Ia kemudian memainkan peran penting dalam menggalang dukungan untuk melawan G30S. Nasution juga memimpin pasukan AD dalam operasi penumpasan G30S, yang berhasil mengalahkan pasukan G30S dan menangkap para pemimpinnya.

Peristiwa G30S/PKI merupakan titik balik penting dalam karier Nasution. Ia menjadi salah satu tokoh kunci dalam menggagalkan kudeta dan menyelamatkan Indonesia dari ancaman komunisme. Nasution juga memainkan peran penting dalam pembentukan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.

Setelah peristiwa G30S/PKI, Nasution menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dari tahun 1966 hingga 1971. Ia juga sempat menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum tahun 1971, namun kalah dari Soeharto.

Setelah peristiwa G30S/PKI, Nasution menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dari tahun 1966 hingga 1971. Ia juga sempat menjadi calon presiden dalam Pemilihan Umum tahun 1971, namun kalah dari Soeharto.

Setelah peristiwa G30S/PKI, Nasution memainkan peran penting dalam pembentukan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Ia diangkat menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada tahun 1966. Sebagai Ketua MPRS, Nasution bertugas untuk menyusun Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1966, yang menggantikan Undang-Undang Dasar 1945.

  • Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
    Sebagai Ketua MPRS, Nasution memainkan peran penting dalam pembentukan Orde Baru. Ia bertugas untuk menyusun Undang-Undang Dasar Sementara tahun 1966, yang menggantikan Undang-Undang Dasar 1945. Nasution juga berperan dalam pemilihan Soeharto sebagai presiden pada tahun 1967.
  • Calon Presiden dalam Pemilihan Umum 1971
    Pada tahun 1971, Nasution mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pemilihan Umum. Ia didukung oleh Partai Musyawarah Nasional Indonesia (Mustika) dan Partai Nahdlatul Ulama (NU). Namun, Nasution kalah dari Soeharto yang didukung oleh Golkar, sebuah organisasi yang didirikan oleh militer.
  • Karier Politik Setelah Pemilu 1971
    Setelah kalah dalam Pemilu 1971, Nasution mengundurkan diri dari dunia politik. Ia kembali ke dunia akademisi dan menjadi dosen di Universitas Indonesia. Nasution juga aktif menulis dan menerbitkan beberapa buku tentang sejarah dan politik Indonesia.
  • Penghargaan dan Penghormatan
    Nasution menerima banyak penghargaan dan penghormatan atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalan dan institusi pendidikan di Indonesia.

Nasution meninggal dunia pada tanggal 5 September 2008 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.

Nasution meninggal dunia pada usia吔 years tahun karena komplikasi penyakit jantung dan paru-paru Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta Selatan

Pada usia senjanya, Nasution mengalami komplikasi penyakit jantung dan paru-paru Ia dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta PusatNamun kondisinya terus memburuk dan ia meninggal dunia pada tanggal 23 September 2000 dalam usia 94 tahun.
Jenazahnya dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta Selatan. Pemakaman Nasution dihadiri oleh Presiden Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri, dan para pejabat tinggi negara lainnya.
Nasution dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia Ia telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara. Ia adalah sosok yang berani, tegas, dan berintegritas. Pengabdian dan perjuangannya akan selalu dikenang oleh seluruh rakyat Indonesia.

Nasution adalah salah satu dari sedikit perurum tinggi Indonesia yang pernah menerima pangkat Jenderal Besar.

Pangkat Jenderal Besar merupakan pangkat tertinggi dalam Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pangkat ini hanya diberikan kepada perwira tinggi yang memiliki功绩 luar biasa dan jasa-jasa yang sangat besar terhadap bangsa dan negara.

  • Salah satu dari Sedikit Perwira Tinggi yang Menerima Pangkat Jenderal Besar
    Nasution adalah salah satu dari sedikit perwira tinggi Indonesia yang pernah menerima pangkat Jenderal Besar. Ia dianugerahi pangkat tersebut pada tahun 1997 oleh Presiden Soeharto.
  • 功绩 dan Jasa-Jasa Nasution
    Nasution menerima pangkat Jenderal Besar atas功绩 dan jasa-jasanya yang luar biasa terhadap bangsa dan negara. Ia adalah salah satu komandan militer terkemuka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Ia juga memainkan peran penting dalam menggagalkan kudeta G30S/PKI pada tahun 1965.
  • Pengabdian Nasution kepada Bangsa dan Negara
    Nasution mengabdikan seluruh hidupnya untuk bangsa dan negara. Ia adalah seorang prajurit, negarawan, dan akademisi. Ia selalu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.
  • Peninggalan Nasution
    Nasution meninggalkan banyak warisan bagi bangsa Indonesia. Ia adalah salah satu pendiri TNI. Ia juga berperan penting dalam pembentukan Orde Baru. Pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik masih dipelajari hingga saat ini.

Nasution adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia adalah seorang perwira tinggi yang memiliki功绩 luar biasa dan jasa-jasa yang sangat besar terhadap bangsa dan negara.

Ia juga merupakan salah satu tokoh pendiri Universitas Indonesia.

Selain sebagai seorang perwira tinggi dan negarawan, Nasution juga dikenal sebagai seorang akademisi. Ia merupakan salah satu tokoh pendiri Universitas Indonesia (UI).
Pada tahun 1950, Nasution bersama dengan beberapa tokoh lainnya, seperti Soepomo, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Yamin, mendirikan UI. UI merupakan universitas negeri pertama di Indonesia.
Nasution menjabat sebagai Rektor UI pertama dari tahun 1950 hingga 1952. Di bawah kepemimpinannya, UI berkembang pesat menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia.
Nasution juga aktif mengajar di UI. Ia mengajar mata kuliah strategi militer dan politik. Pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik masih dipelajari hingga saat ini.
Selain UI, Nasution juga ikut mendirikan beberapa lembaga pendidikan lainnya, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Padjajaran (Unpad). Ia juga aktif memberikan kuliah tamu di berbagai universitas di dalam dan luar negeri.
Nasution adalah sosok yang sangat dihormati di dunia akademisi. Ia dikenal sebagai seorang intelektual yang cerdas dan berwawasan luas. Pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer, politik, dan pendidikan masih menjadi referensi bagi banyak akademisi dan praktisi di Indonesia.

Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002.

Gelar Pahlawan Nasional Indonesia merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh negara kepada warga negaranya yang telah berjasa luar biasa kepada bangsa dan negara.
Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Penganugerahan ini diberikan atas jasa-jasa Nasution dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengabdiannya sebagai prajurit dan negarawan, serta pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik.
Nasution merupakan salah satu dari sedikit perwira tinggi Indonesia yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia. Penghargaan ini merupakan pengakuan negara atas jasa-jasa dan pengorbanan Nasution untuk bangsa dan negara.
Selain gelar Pahlawan Nasional Indonesia, Nasution juga menerima banyak penghargaan dan penghormatan lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Ia dianugerahi Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Gerilya, dan Bintang Sakti. Ia juga menerima gelar Doktor Honoris Causa dari beberapa universitas di Indonesia dan luar negeri.
Nasution adalah sosok yang sangat dihormati di Indonesia. Ia dikenang sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang telah berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembangunan bangsa. Pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik masih menjadi referensi bagi banyak akademisi dan praktisi di Indonesia.

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution:

Pertanyaan 1: Kapan Nasution meninggal?
Jawaban: Nasution meninggal dunia pada tanggal 5 September 2008 pada usia 94 tahun.

Pertanyaan 2: Di mana Nasution dimakamkan?
Jawaban: Nasution dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.

Pertanyaan 3: Mengapa Nasution dijuluki “Macan Siliwangi”?
Jawaban: Nasution dijuluki “Macan Siliwangi” karena keberanian dan keganasannya dalam memimpin pasukan Siliwangi dalam pertempuran melawan Belanda selama Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pertanyaan 4: Apa peran Nasution dalam peristiwa G30S/PKI?
Jawaban: Nasution menjadi sasaran utama penculikan yang dilakukan oleh PKI, namun berhasil lolos dan kemudian memainkan peran penting dalam menggagalkan kudeta.

Pertanyaan 5: Kapan Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia?
Jawaban: Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Pertanyaan 6: Apa jasa-jasa Nasution sehingga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia?
Jawaban: Nasution dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pengabdiannya sebagai prajurit dan negarawan, serta pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik.

Selain pertanyaan-pertanyaan di atas, masih banyak pertanyaan lain yang dapat diajukan tentang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Informasi lebih lanjut tentang Nasution dapat ditemukan di berbagai sumber, seperti buku, artikel, dan situs web.

Selain informasi di atas, berikut adalah beberapa tips bagi Anda yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution:

Tips

Berikut adalah beberapa tips bagi Anda yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution:

1. Baca buku dan artikel tentang Nasution.
Ada banyak buku dan artikel yang ditulis tentang Nasution. Buku-buku ini biasanya berisi informasi yang lebih detail dan mendalam tentang kehidupan dan karier Nasution.

2. Kunjungi museum dan situs bersejarah yang terkait dengan Nasution.
Ada beberapa museum dan situs bersejarah yang terkait dengan Nasution, seperti Museum AH Nasution di Jakarta dan Monumen Siliwangi di Bandung. Kunjungan ke tempat-tempat ini dapat memberikan Anda pengalaman langsung tentang kehidupan dan perjuangan Nasution.

3. Tonton film dan dokumenter tentang Nasution.
Ada beberapa film dan dokumenter yang dibuat tentang Nasution. Film-film ini biasanya menyajikan kisah hidup Nasution secara lebih visual dan menarik.

4. Ikuti kegiatan dan acara yang terkait dengan Nasution.
Kadang-kadang ada kegiatan dan acara yang diselenggarakan untuk memperingati Nasution atau membahas pemikiran-pemikirannya. Mengikuti kegiatan dan acara ini dapat menambah pengetahuan Anda tentang Nasution.

Dengan mengikuti tips-tips di atas, Anda dapat mengetahui lebih banyak tentang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, salah satu pahlawan nasional Indonesia yang telah berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembangunan bangsa.

Selain tips di atas, Anda juga dapat mencari informasi tentang Nasution di berbagai sumber lain, seperti internet, perpustakaan, dan arsip nasional.

Conclusion

Jenderal Besar Abdul Haris Nasution adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional yang telah berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembangunan bangsa.

Nasution adalah seorang pemimpin militer yang brilian. Ia dikenal sebagai “Macan Siliwangi” karena keberanian dan keganasannya dalam memimpin pasukan Siliwangi dalam pertempuran melawan Belanda. Nasution juga memainkan peran penting dalam peristiwa G30S/PKI, di mana ia menjadi sasaran utama penculikan namun berhasil lolos dan kemudian menggagalkan kudeta.

Selain karier militernya, Nasution juga aktif terlibat dalam dunia politik. Ia menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan serta Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Nasution juga merupakan salah satu tokoh pendiri Universitas Indonesia.

Nasution adalah sosok yang sangat dihormati di Indonesia. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2002. Pemikiran-pemikirannya tentang strategi militer dan politik masih menjadi referensi bagi banyak akademisi dan praktisi di Indonesia.

Kehidupan dan perjuangan Nasution memberikan banyak pelajaran berharga bagi kita semua. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air. Nasution adalah sosok pahlawan yang akan selalu dikenang dan dihormati oleh seluruh rakyat Indonesia.


Artikel Terkait

Bagikan:

lisa

Hai, nama aku Lisa! Udah lebih dari 5 tahun nih aku terjun di dunia tulis-menulis. Gara-gara hobi membaca dan menulis, aku jadi semakin suka buat berbagi cerita sama kalian semua. Makasih banget buat kalian yang udah setia baca tulisan-tulisanku selama ini. Oh iya, jangan lupa cek juga tulisan-tulisanku di Stikes Perintis, ya. Dijamin, kamu bakal suka! Makasih lagi buat dukungannya, teman-teman! Tanpa kalian, tulisanku nggak akan seistimewa ini. Keep reading and let's explore the world together! 📖❤️

Cek di Google News

Artikel Terbaru