Izhar syafawi adalah salah satu dari empat macam izhar dalam ilmu tajwid. Izhar syafawi terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berharakat fathah bertemu dengan huruf berharakat fathah yang terletak sesudahnya.
Pada kondisi seperti ini, huruf wawu atau ya sukun dibaca dengan jelas dan tidak diwakafkan. Bacaan huruf wawu atau ya sukun tersebut juga tidak dipengaruhi oleh hukum idgham.
Berikut ini adalah 5 contoh izhar syafawi beserta penjelasannya:
5 contoh izhar syafawi
Izhar syafawi adalah salah satu dari empat macagam izhar dalam علم قراء . Izhar syafawi mempunyaikyriteria yang sangat spesifik dan 5 contohnya adalah sebagaiberikut:
- Wawu sukun berfatha
- Ya sukun berfatha
- Diikuti huruf berfatha
- Tidak diwaqafkan
- Tidak berh ukum idgham
- Memiliki harakat kasrah
- Memiliki harakat dhammah
- Memiliki harakat tanwin
- Memiliki hamza
Dengan memahami ciri dan contoh izhar syafawi, pembaca dapat lebih mendalami dan menguasai علم قراء dengan baik dan lebih aplikatif.
Wawu sukun berfatha
Yang termasuk ke dalam izhar syafawi adalah wawu sukun berfatha. Maksudnya adalah wawu mati (sukun) yang berharakat fathah.
- Ciri-ciri wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi:
Wawu sukun berfathah yang diikuti oleh huruf berharakat fathah. Contohnya: وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu)
- Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Wawu sukun berfathah yang diikuti oleh huruf berharakat selain fathah tidak termasuk izhar syafawi. Contohnya: وَجَاءَ فِرْعَوْنُ (wa jaa-a fir’aunu)
- Cara membaca wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi:
Wawu sukun berfathah yang termasuk izhar syafawi dibaca jelas dan tidak diwaqafkan. Contohnya: وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu) dibaca “waa laa taqrabuu”
- Hukum tajwid yang berkaitan:
Wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi tidak berhukum idgham. Artinya, wawu sukun tersebut tidak dibunyikan bersama dengan huruf berikutnya.
Dengan memahami ciri-ciri, hal-hal yang perlu diperhatikan, cara membaca, dan hukum tajwid yang berkaitan dengan wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi, diharapkan pembaca dapat lebih mudah dalam menerapkannya saat membaca Al-Qur’an.
Ya sukun berfatha
Selain wawu sukun berfatha, ya sukun berfatha juga termasuk ke dalam izhar syafawi. Maksudnya adalah ya mati (sukun) yang berharakat fathah.
Ciri-ciri ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi sama dengan wawu sukun berfatha, yaitu: diikuti oleh huruf berharakat fathah. Contohnya: يَقُولُوا۟ (yaquluuna)
Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi juga sama dengan wawu sukun berfatha, yaitu: tidak diikuti oleh huruf berharakat selain fathah dan dibaca jelas serta tidak diwaqafkan. Contohnya: يَقُولُوا۟ (yaquluuna) dibaca “yaa quluuna”
Hukum tajwid yang berkaitan dengan ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi juga sama dengan wawu sukun berfatha, yaitu tidak berhukum idgham. Artinya, ya sukun tersebut tidak dibunyikan bersama dengan huruf berikutnya.
Dengan memahami ciri-ciri, hal-hal yang perlu diperhatikan, cara membaca, dan hukum tajwid yang berkaitan dengan ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi, diharapkan pembaca dapat lebih mudah dalam menerapkannya saat membaca Al-Qur’an.
Diikuti huruf berfatha
Ciri utama izhar syafawi adalah adanya huruf wawu atau ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat fathah. Fathah pada huruf berikutnya inilah yang menyebabkan terjadinya izhar syafawi.
Contohnya:
- وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu)
- يَقُولُوا۟ (yaquluuna)
- وَأَنْتُمْ (wa antum)
Jika huruf setelah wawu atau ya sukun tidak berharakat fathah, maka tidak terjadi izhar syafawi. Contohnya:
- وَجَاءَ فِرْعَوْنُ (wa jaa-a fir’aunu)
- يَوْمَ (yauma)
- وَمَنْ (wa man)
Dengan memahami ciri ini, pembaca dapat dengan mudah mengidentifikasi izhar syafawi saat membaca Al-Qur’an.
Tidak diwaqafkan
Salah satu ciri izhar syafawi adalah tidak diwaqafkan. Waqaf adalah menghentikan bacaan pada suatu kata atau ayat dalam Al-Qur’an. Jika bacaan dihentikan pada huruf wawu atau ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi, maka akan menghilangkan sifat izhar syafawinya.
- Tidak boleh diwaqafkan pada huruf wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi:
Contohnya: tidak boleh diwaqafkan pada kata وَلَا (wa laa) dalam ayat وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu)
- Tidak boleh diwaqafkan pada huruf ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi:
Contohnya: tidak boleh diwaqafkan pada kata يَقُولُوا۟ (yaquluuna) dalam ayat يَقُولُوا۟۟ قُلْ (yaquluuna qul)
- Hukum tajwid yang berkaitan:
Tidak diwaqafkannya huruf wawu atau ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi disebut dengan hukum lam ta’rif. Artinya, huruf tersebut dibaca bersambung dengan huruf berikutnya.
- Cara membaca yang benar:
Huruf wawu atau ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi dibaca bersambung dengan huruf berikutnya tanpa dihentikan. Contohnya: وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu) dibaca “waa laa taqrabuu”, يَقُولُوا۟۟ قُلْ (yaquluuna qul) dibaca “yaa quluunaa qul”
Dengan memahami ciri ini, pembaca dapat menghindari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an yang dapat mengubah makna.
Tidak berh ukum idgham
Idgham adalah hukum tajwid yang menyebabkan dua huruf yang berdekatan dibaca menjadi satu huruf. Namun, pada izhar syafawi, huruf wawu atau ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berfathah tidak berhukum idgham.
Artinya, huruf wawu atau ya sukun tersebut tidak dibunyikan bersama dengan huruf berikutnya. Hal ini dikarenakan adanya fathah pada huruf berikutnya yang menyebabkan sifat izhar syafawi.
Contohnya:
- وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu): huruf wawu sukun berfatha tidak diidghamkan dengan huruf ta
- يَقُولُوا۟ (yaquluuna): huruf ya sukun berfatha tidak diidghamkan dengan huruf qaf
Jika huruf wawu atau ya sukun berfatha tersebut diikuti oleh huruf berharakat selain fathah, maka akan berhukum idgham. Contohnya:
- وَجَاءَ فِرْعَوْنُ (wa jaa-a fir’aunu): huruf wawu sukun berfatha diidghamkan dengan huruf alif
- يَوْمَ (yauma): huruf ya sukun berfatha diidghamkan dengan huruf mim
Dengan memahami hukum ini, pembaca dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai dengan kaidah tajwid.
Memiliki harakat kasrah
Selain diikuti oleh huruf berharakat fathah, izhar syafawi juga dapat terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf berharakat kasrah. Kasrah adalah tanda baca yang melambangkan bunyi “i” dalam bahasa Indonesia.
Contohnya:
- وَلَا يَقْضِي (wa laa yaqdli): huruf wawu sukun berfatha diikuti oleh huruf ya berharakat kasrah
- يَقُولُونَ (yaquluuna): huruf ya sukun berfatha diikuti oleh huruf nun berharakat kasrah
Dalam kondisi seperti ini, huruf wawu atau ya sukun tetap dibaca jelas dan tidak diwaqafkan. Namun, karena diikuti oleh huruf berharakat kasrah, maka bacaannya akan sedikit berubah.
Huruf wawu sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat kasrah akan dibaca seperti huruf “u” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan huruf ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat kasrah akan dibaca seperti huruf “i” dalam bahasa Indonesia.
Dengan memahami hukum ini, pembaca dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid.
Memiliki harakat dhammah
Selain diikuti oleh huruf berharakat fathah dan kasrah, izhar syafawi juga dapat terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf berharakat dhammah. Dhammah adalah tanda baca yang melambangkan bunyi “u” dalam bahasa Indonesia.
- Huruf wawu sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat dhammah:
Contohnya: وَلَا تُؤْمِنُوا۟ (wa laa tu’minu), dibaca “waa laa tu’minu”
- Huruf ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat dhammah:
Contohnya: يَقُولُونَ (yaquluuna), dibaca “yaquuluuna”
- Hukum tajwid yang berkaitan:
Jika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf berharakat dhammah, maka hukum tajwidnya tetap izhar syafawi. Artinya, huruf wawu atau ya sukun tersebut tetap dibaca jelas dan tidak diwaqafkan.
- Cara membaca yang benar:
Huruf wawu sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat dhammah dibaca seperti huruf “u” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan huruf ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf berharakat dhammah dibaca seperti huruf “i” dalam bahasa Indonesia.
Dengan memahami hukum ini, pembaca dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid.
Memiliki harakat tanwin
Tanwin adalah tanda baca yang melambangkan bunyi “n” pada akhir kata dalam bahasa Arab. Tanwin dapat berupa fathatan (◌ً), kasrah (◌ٍ), atau dhammah (◌ٌ).
Izhar syafawi juga dapat terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf yang bertanwin. Dalam kondisi seperti ini, hukum tajwidnya tetap izhar syafawi, yaitu huruf wawu atau ya sukun tersebut tetap dibaca jelas dan tidak diwaqafkan.
Contohnya:
- وَلَا تُؤْمِنُونَ (wa laa tu’minuun): huruf wawu sukun berfatha diikuti oleh huruf nun bertanwin fathah
- يَقُولُونَ (yaquluuna): huruf ya sukun berfatha diikuti oleh huruf nun bertanwin kasrah
Cara membaca huruf wawu atau ya sukun berfatha yang diikuti oleh huruf bertanwin adalah dengan membaca tanwinnya secara jelas. Misalnya, pada kata وَلَا تُؤْمِنُونَ (wa laa tu’minuun), tanwin dibaca “un”.
Dengan memahami hukum ini, pembaca dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid.
Memiliki hamza
Hamza adalah salah satu huruf dalam alfabet Arab yang melambangkan bunyi “ء”. Hamza dapat terletak di awal, tengah, atau akhir kata.
- Huruf wawu sukun berfatha yang diikuti oleh hamza:
Contohnya: وَأَنْتُمْ (wa antum), dibaca “waa antum”
- Huruf ya sukun berfatha yang diikuti oleh hamza:
Contohnya: يَأْتُونَ (ya’tuuna), dibaca “yaa’tuuna”
- Hukum tajwid yang berkaitan:
Jika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh hamza, maka hukum tajwidnya tetap izhar syafawi. Artinya, huruf wawu atau ya sukun tersebut tetap dibaca jelas dan tidak diwaqafkan.
- Cara membaca yang benar:
Huruf wawu sukun berfatha yang diikuti oleh hamza dibaca seperti huruf “u” dalam bahasa Indonesia. Sedangkan huruf ya sukun berfatha yang diikuti oleh hamza dibaca seperti huruf “i” dalam bahasa Indonesia.
Dengan memahami hukum ini, pembaca dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid.
FAQ
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait izhar syafawi beserta jawabannya:
Question 1: Apa itu izhar syafawi?
Answer 1: Izhar syafawi adalah salah satu dari empat macam izhar dalam ilmu tajwid. Izhar syafawi terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berharakat fathah bertemu dengan huruf berharakat fathah yang terletak sesudahnya.
Question 2: Apa saja ciri-ciri izhar syafawi?
Answer 2: Ciri-ciri izhar syafawi adalah: huruf wawu sukun berfatha atau ya sukun berfatha, diikuti oleh huruf berharakat fathah, tidak diwaqafkan, dan tidak berhukum idgham.
Question 3: Bagaimana cara membaca huruf wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi?
Answer 3: Huruf wawu sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi dibaca jelas seperti huruf “u” dalam bahasa Indonesia.
Question 4: Bagaimana cara membaca huruf ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi?
Answer 4: Huruf ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi dibaca jelas seperti huruf “i” dalam bahasa Indonesia.
Question 5: Apakah izhar syafawi dapat terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf berharakat selain fathah?
Answer 5: Tidak, izhar syafawi hanya terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berfatha diikuti oleh huruf berharakat fathah.
Question 6: Apa hukum tajwid yang berkaitan dengan izhar syafawi?
Answer 6: Hukum tajwid yang berkaitan dengan izhar syafawi adalah tidak diwaqafkan dan tidak berhukum idgham.
Question 7: Apa saja contoh izhar syafawi dalam Al-Qur’an?
Answer 7: Contoh izhar syafawi dalam Al-Qur’an antara lain: وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu), يَقُولُوا۟ (yaquluuna), وَأَنْتُمْ (wa antum), dan يَأْتُونَ (ya’tuuna).
Dengan memahami pertanyaan dan jawaban di atas, diharapkan pembaca dapat lebih memahami tentang izhar syafawi dan dapat membacanya dengan benar saat membaca Al-Qur’an.
Selain memahami tentang izhar syafawi, penting juga untuk mengetahui beberapa tips dalam membacanya agar lebih sesuai dengan kaidah tajwid.
Tips
Berikut ini adalah beberapa tips dalam membaca izhar syafawi agar lebih sesuai dengan kaidah tajwid:
Tip 1: Perhatikan dengan baik ciri-ciri izhar syafawi. Pastikan bahwa huruf yang dibaca memenuhi semua ciri izhar syafawi, yaitu: huruf wawu sukun berfatha atau ya sukun berfatha, diikuti oleh huruf berharakat fathah, tidak diwaqafkan, dan tidak berhukum idgham.
Tip 2: Baca huruf wawu sukun berfatha dan ya sukun berfatha dengan jelas. Jangan membaca huruf tersebut samar atau terlalu cepat. Baca dengan jelas seperti huruf “u” untuk wawu sukun berfatha dan huruf “i” untuk ya sukun berfatha.
Tip 3: Jangan mewaqafkan pada huruf wawu sukun berfatha atau ya sukun berfatha yang termasuk izhar syafawi. Jika terpaksa harus berhenti membaca, maka berhentilah pada huruf sebelum atau sesudah huruf tersebut.
Tip 4: Latih membaca izhar syafawi secara rutin. Semakin sering berlatih, maka akan semakin terbiasa dan mahir dalam membaca izhar syafawi dengan benar.
Dengan mengikuti tips-tips di atas, diharapkan pembaca dapat membaca izhar syafawi dengan lebih baik dan sesuai dengan kaidah tajwid. Hal ini akan membantu pembaca dalam memahami dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an yang dibaca.
Demikianlah penjelasan tentang izhar syafawi beserta contoh dan tips membacanya. Semoga bermanfaat bagi pembaca dalam mendalami ilmu tajwid dan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Kesimpulan
Izhar syafawi adalah salah satu dari empat macam izhar dalam ilmu tajwid. Izhar syafawi terjadi ketika huruf wawu atau ya sukun berharakat fathah bertemu dengan huruf berharakat fathah yang terletak sesudahnya. Ciri-ciri izhar syafawi adalah: huruf wawu sukun berfatha atau ya sukun berfatha, diikuti oleh huruf berharakat fathah, tidak diwaqafkan, dan tidak berhukum idgham.
Adapun contoh izhar syafawi dalam Al-Qur’an antara lain: وَلَا تَقْرَبُوا۟ (wa laa taqrabuu), يَقُولُوا۟ (yaquluuna), وَأَنْتُمْ (wa antum), dan يَأْتُونَ (ya’tuuna).
Memahami dan membaca izhar syafawi dengan benar sangat penting dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini akan membantu pembaca dalam memahami dan menghayati isi kandungan Al-Qur’an yang dibaca. Oleh karena itu, bagi umat Islam yang ingin mendalami ilmu tajwid, penting untuk mempelajari materi tentang izhar syafawi dan mempraktikkannya dalam membaca Al-Qur’an.