20 Waktu yang Dilarang Berjima

lisa


20 Waktu yang Dilarang Berjima

Pernikahan yang sakral menuntut adanya hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Namun, dalam ajaran agama Islam, terdapat beberapa waktu yang dilarang untuk melakukan hubungan intim. Larangan ini bertujuan untuk menjaga kesucian pernikahan, kesehatan, dan kesejahteraan pasangan.

Penting bagi pasangan suami istri untuk memahami dan mematuhi waktu-waktu yang dilarang ini untuk menghindari dosa dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Berikut adalah 20 waktu yang dilarang untuk berjima menurut ajaran Islam:

Waktu-waktu yang dilarang untuk berjima ini memiliki alasan dan hikmah tersendiri. Dengan mematuhinya, pasangan suami istri dapat menjaga kesehatan fisik dan mental, serta mempererat ikatan pernikahan mereka.

20 waktu yang dilarang berjima

Berikut adalah 8 poin penting tentang waktu-waktu yang dilarang untuk berjima:

  • Saat haid
  • Masa nifas
  • Itikaf
  • Puasa
  • Thawaf
  • Saat ihram
  • Saat sakit
  • Saat bepergian jauh

Dengan memahami dan mematuhi waktu-waktu yang dilarang ini, pasangan suami istri dapat menjaga kesucian pernikahan, kesehatan, dan keharmonisan rumah tangga mereka.

Saat haid

Saat haid adalah salah satu waktu yang dilarang untuk berjima. Larangan ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi:

“Dan janganlah kamu mendekati mereka (istri-istri kamu) ketika mereka sedang haid. Tunggulah hingga mereka suci.”

Larangan ini memiliki hikmah yang besar, baik dari segi kesehatan maupun agama. Dari segi kesehatan, berjima saat haid dapat menyebabkan infeksi pada organ reproduksi wanita. Hal ini dikarenakan saat haid, rahim sedang dalam kondisi terbuka dan rentan terhadap masuknya bakteri.

Selain itu, dari segi agama, berjima saat haid dianggap sebagai perbuatan dosa besar. Hal ini dikarenakan darah haid dianggap sebagai najis. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim saat istri sedang haid.

Masa nifas

Masa nifas adalah masa setelah melahirkan, dimana seorang wanita mengalami pendarahan dari rahim. Masa nifas biasanya berlangsung selama 40 hari, namun bisa juga lebih lama atau lebih pendek tergantung pada kondisi masing-masing wanita.

Selama masa nifas, seorang wanita dilarang untuk berjima. Larangan ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi:

“Dan janganlah kamu mendekati mereka (istri-istri kamu) ketika mereka sedang haid. Tunggulah hingga mereka suci.”

Larangan ini memiliki hikmah yang besar, baik dari segi kesehatan maupun agama. Dari segi kesehatan, berjima saat nifas dapat menyebabkan infeksi pada organ reproduksi wanita. Hal ini dikarenakan saat nifas, rahim masih dalam kondisi lemah dan rentan terhadap masuknya bakteri.

Selain itu, dari segi agama, berjima saat nifas dianggap sebagai perbuatan dosa besar. Hal ini dikarenakan darah nifas dianggap sebagai najis. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim saat istri sedang nifas.

Itikaf

Itikaf adalah ibadah yang dilakukan dengan cara berdiam diri di masjid dalam waktu tertentu. Itikaf biasanya dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.

  • Niat yang benar

    Itikaf harus dilakukan dengan niat yang benar, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  • Berdiam diri di masjid

    Selama itikaf, seseorang harus berdiam diri di masjid dan tidak boleh keluar kecuali untuk keperluan yang sangat mendesak, seperti buang air atau mandi.

  • Berpuasa

    Seseorang yang sedang itikaf disunahkan untuk berpuasa, meskipun tidak wajib.

  • Menjaga kesucian

    Selama itikaf, seseorang harus menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin. Hal ini berarti menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan wudhu, seperti makan, minum, dan berhubungan intim.

Berhubungan intim termasuk salah satu perbuatan yang dapat membatalkan itikaf. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim selama itikaf.

Puasa

Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan intim dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa merupakan salah satu ibadah wajib dalam Islam yang dilakukan pada bulan Ramadan.

  • Menahan diri dari makan dan minum

    Saat puasa, seseorang harus menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika seseorang makan atau minum dengan sengaja, maka puasanya batal.

  • Menahan diri dari berhubungan intim

    Selain menahan diri dari makan dan minum, saat puasa seseorang juga harus menahan diri dari berhubungan intim. Jika seseorang berhubungan intim dengan sengaja, maka puasanya batal.

  • Membaca niat

    Sebelum memulai puasa, seseorang disunahkan untuk membaca niat puasa. Niat puasa dibaca pada malam hari atau sebelum terbit fajar.

  • Menjaga kesucian diri

    Saat puasa, seseorang harus menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin. Hal ini berarti menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa, seperti berbohong, mengumpat, dan berkata-kata kotor.

Berhubungan intim termasuk salah satu perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim saat puasa.

Thawaf

Thawaf adalah ibadah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Thawaf merupakan salah satu rukun haji dan umrah.

  • Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali

    Thawaf dilakukan dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad dan berakhir di Hajar Aswad.

  • Menjaga kesucian diri

    Saat thawaf, seseorang harus menjaga kesucian diri, baik lahir maupun batin. Hal ini berarti menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan thawaf, seperti berdesak-desakan, berkata-kata kotor, dan berbuat maksiat.

  • Menjaga ketertiban

    Saat thawaf, seseorang harus menjaga ketertiban dan tidak mengganggu orang lain. Hal ini berarti tidak berlari-lari, tidak mendorong-dorong, dan tidak memotong jalan orang lain.

  • Membaca doa

    Saat thawaf, disunahkan untuk membaca doa. Doa yang dibaca bisa berupa doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW atau doa lainnya.

Berhubungan intim termasuk salah satu perbuatan yang dapat membatalkan thawaf. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim saat thawaf.

Saat ihram

Ihram adalah keadaan suci yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melaksanakan ibadah haji atau umrah. Ihram dimulai dengan niat ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, seseorang diwajibkan untuk meninggalkan beberapa perbuatan, termasuk berhubungan intim.

Larangan berhubungan intim saat ihram disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 197 yang berbunyi:

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu saling berhianat terhadap diri kamu sendiri karena itu, Dia mengampunimu dan memberi kemaafan kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untuk kamu. Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.”

Selain itu, larangan berhubungan intim saat ihram juga disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang berihram tidak boleh berhubungan intim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berhubungan intim saat ihram merupakan dosa besar yang dapat membatalkan ibadah haji atau umrah. Oleh karena itu, pasangan suami istri dilarang untuk melakukan hubungan intim saat ihram.

Saat Sakit

Berhubungan seksual saat salah satu pasangan dalam keadaan tidak sehat atau memiliki penyakit dapat menimbulkan risiko dan membahayakan bagi keduanya. Hal ini terutama berlaku untuk pasangan suami istri yang memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti infeksi menular seksual (PMS) atau penyakit yang memengaruhi sistem reproduksi.

Penularan PMS dapat lebih rentan dan memperburuk gejala yang ada, terutama jika dilakukan hubungan seksual saat pasangan memiliki infeksi aktif. Penyakit seperti klamida, herpes, dan HIV dapat ditularkan dengan sangat efektif dalam situasi tersebut.

Bagi pasangan yang memiliki penyakit yang memengaruhi sistem reproduksi, seperti endometriosis atau radang pangkal pangkal rahim, berhubungan seksual dapat memperparah gejala yang berhubungan dengan penyakit tersebut. Rasa nyeri, pendarahan, dan ketidaknyamanan dapat meningkat, menyebabkan tekanan yang tidak semestinya pada sistem reproduksi.

Oleh karena itu, dianصحkan untuk menghindari hubungan seksual saat salah satu pasangan dalam keadaan tidak sehat atau memiliki penyakit. Hal ini dilakukan untuk mencegah komplikasi, memperburuk gejala, dan melindungi pasangan dari potensi risiko.

Saat Bepergian Jauh

Dalam ajaran Islam, bepergian jauh atau safar merupakan keadaan yang memiliki hukum dan ketentuan tersendiri. Salah satunya adalah anjuran untuk menunda hubungan suami istri selama dalam perjalanan.

Anjuran ini berdasarkan pada beberapa alasan, di antaranya:

  • Kelelahan fisik: Bepergian jauh dapat menguras tenaga dan menyebabkan kelelahan fisik. Dalam kondisi seperti ini, sangat tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas seksual yang membutuhkan banyak energi.
  • Gangguan konsentrasi: Perjalanan yang melelahkan dapat mengganggu konsentrasi dan fokus. Hal ini dapat berdampak pada kualitas hubungan seksual yang dilakukan.
  • Keterbatasan privasi: Saat bepergian, seringkali sulit untuk menemukan tempat yang privat untuk berhubungan seksual. Hal ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menurunkan kenikmatan.
  • Potensi risiko kesehatan: Bepergian jauh dapat meningkatkan risiko tertular penyakit atau infeksi. Melakukan hubungan seksual dalam kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko penularan.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menunda hubungan suami istri saat melakukan perjalanan jauh. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan, kenyamanan, dan kualitas hubungan suami istri.

FAQ

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait waktu-waktu yang dilarang untuk berjima:

Pertanyaan 1: Kapan saja waktu yang dilarang untuk berjima?
Jawaban: Ada 20 waktu yang dilarang untuk berjima, yaitu saat haid, masa nifas, itikaf, puasa, thawaf, saat ihram, saat sakit, saat bepergian jauh, saat berjunub, saat istri sedang hamil atau menyusui, saat terjadi gerhana matahari atau bulan, saat terjadi gempa bumi, saat terjadi hujan deras, saat terjadi badai, saat terjadi kebakaran, saat terjadi peperangan, saat terjadi musibah, saat terjadi bencana alam, dan saat terjadi kematian.

Pertanyaan 2: Apa hukumnya jika berjima pada waktu yang dilarang?
Jawaban: Berjima pada waktu yang dilarang hukumnya haram dan dapat berdosa besar.

Pertanyaan 3: Apakah ada pengecualian terhadap larangan berjima pada waktu-waktu tertentu?
Jawaban: Ya, ada beberapa pengecualian. Misalnya, suami istri boleh berjima saat istri sedang haid jika istri mengalami istihadah (pendarahan di luar waktu haid) atau jika suami istri dalam keadaan darurat, seperti saat terjadi bencana alam atau perang.

Pertanyaan 4: Bagaimana cara menghindari berjima pada waktu yang dilarang?
Jawaban: Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari berjima pada waktu yang dilarang, seperti mengetahui dan memahami waktu-waktu yang dilarang, menghindari faktor-faktor yang dapat memicu keinginan untuk berjima, dan memperbanyak ibadah dan kegiatan positif.

Pertanyaan 5: Apa saja dampak negatif jika berjima pada waktu yang dilarang?
Jawaban: Berjima pada waktu yang dilarang dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti gangguan kesehatan, kehamilan yang tidak diinginkan, masalah rumah tangga, dan dosa besar.

Pertanyaan 6: Bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul akibat berjima pada waktu yang dilarang?
Jawaban: Jika terjadi masalah akibat berjima pada waktu yang dilarang, suami istri harus segera bertaubat dan mencari solusi yang tepat. Misalnya, jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, suami istri dapat melakukan konsultasi dengan dokter kandungan untuk mencari solusi terbaik.

Tips

Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari berjima pada waktu yang dilarang:

1. Ketahui dan pahami waktu-waktu yang dilarang
Langkah pertama untuk menghindari berjima pada waktu yang dilarang adalah dengan mengetahui dan memahami kapan saja waktu-waktu tersebut. Pelajari dan ingatlah waktu-waktu yang dilarang agar dapat dihindari.

2. Kendalikan diri dan hindari faktor pencetus
Saat mendekati waktu yang dilarang, usahakan untuk mengendalikan diri dan menghindari faktor-faktor yang dapat memicu keinginan untuk berjima. Alihkan perhatian ke kegiatan lain yang positif, seperti membaca, berolahraga, atau beribadah.

3. Perbanyak ibadah dan kegiatan positif
Perbanyaklah ibadah dan kegiatan positif, seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan berzikir. Kegiatan-kegiatan ini dapat membantu menenangkan pikiran dan mengendalikan hawa nafsu.

4. Komunikasi yang baik dengan pasangan
Komunikasikan dengan baik kepada pasangan tentang waktu-waktu yang dilarang. Saling mengingatkan dan mendukung untuk menghindari berjima pada waktu yang dilarang. Bangunlah rasa saling percaya dan pengertian dalam hubungan suami istri.

Kesimpulan

Waktu-waktu yang dilarang untuk berjima merupakan ajaran penting dalam Islam yang bertujuan untuk menjaga kesucian pernikahan, kesehatan, dan kesejahteraan pasangan suami istri. Dengan memahami dan mematuhi waktu-waktu yang dilarang ini, pasangan suami istri dapat menjalankan hubungan yang harmonis dan sesuai dengan syariat Islam.

Menjaga kesucian pernikahan merupakan salah satu kewajiban utama dalam Islam. Dengan menghindari berjima pada waktu yang dilarang, pasangan suami istri dapat menjaga kesucian dan kehormatan pernikahan mereka.

Selain itu, mematuhi waktu-waktu yang dilarang juga bermanfaat bagi kesehatan pasangan suami istri. Beberapa waktu yang dilarang, seperti saat haid dan nifas, merupakan waktu di mana istri sedang mengalami kondisi fisik yang tidak stabil. Berjima pada waktu-waktu tersebut dapat membahayakan kesehatan istri.

Dengan memahami dan mematuhi waktu-waktu yang dilarang, pasangan suami istri dapat menjaga kesucian pernikahan, kesehatan, dan kesejahteraan mereka. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah kepada kita semua untuk menjalankan ajaran Islam dengan baik dan benar.


Artikel Terkait

Bagikan:

lisa

Hai, nama aku Lisa! Udah lebih dari 5 tahun nih aku terjun di dunia tulis-menulis. Gara-gara hobi membaca dan menulis, aku jadi semakin suka buat berbagi cerita sama kalian semua. Makasih banget buat kalian yang udah setia baca tulisan-tulisanku selama ini. Oh iya, jangan lupa cek juga tulisan-tulisanku di Stikes Perintis, ya. Dijamin, kamu bakal suka! Makasih lagi buat dukungannya, teman-teman! Tanpa kalian, tulisanku nggak akan seistimewa ini. Keep reading and let's explore the world together! 📖❤️

Cek di Google News

Artikel Terbaru