10 Peribahasa dan Artinya yang Penting Diketahui

lisa


10 Peribahasa dan Artinya yang Penting Diketahui

Dalam bahasa Indonesia, terdapat banyak peribahasa yang mengandung makna mendalam. Peribahasa ini sering digunakan untuk memberikan nasihat, motivasi, atau sebagai ungkapan bijak yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mempelajari peribahasa tidak hanya memperkaya kosakata bahasa Indonesia, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang nilai-nilai dan budaya masyarakat Indonesia.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas 10 peribahasa yang penting diketahui bersama dengan artinya dan penjelasannya secara rinci.

Mari kita simak peribahasa-peribahasa tersebut beserta artinya:

10 peribahasa dan artinya

Berikut adalah 10 peribahasa penting beserta artinya:

  • Air beriak tanda tak dalam
  • Belajar sambil bekerja
  • Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
  • Burung terbang dipipiskan, harimau berlari disulapkan
  • Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung
  • Gajah di pelupuk mata tidak tampak
  • Harta yang paling berharga adalah ilmu
  • Jauh panggang dari api
  • Mulutmu harimaumu
  • Sedia payung sebelum hujan

Mempelajari peribahasa-peribahasa ini akan membantu kita memahami nilai-nilai budaya Indonesia dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memberikan nasihat atau motivasi.

Air beriak tanda tak dalam

Peribahasa “air beriak tanda tak dalam” memiliki arti bahwa orang yang banyak bicara atau pamer biasanya tidak memiliki ilmu atau kemampuan yang mumpuni. Peribahasa ini mengajarkan kita untuk tidak mudah tertipu oleh orang yang hanya pandai bicara tetapi tidak memiliki bukti nyata.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang yang banyak bicara dan membuat janji-janji muluk. Namun, ketika tiba waktunya untuk membuktikan, mereka tidak mampu memenuhi janji-janjinya. Orang-orang seperti ini biasanya hanya mencari perhatian dan ingin terlihat hebat di mata orang lain.

Peribahasa “air beriak tanda tak dalam” mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati dalam menilai seseorang. Jangan mudah percaya pada orang yang hanya banyak bicara, tetapi lihatlah track record dan kemampuannya yang sebenarnya.

Selain itu, peribahasa ini juga mengajarkan kita untuk tidak menjadi orang yang sombong atau pamer. Orang yang benar-benar memiliki ilmu dan kemampuan tidak perlu banyak bicara untuk membuktikan dirinya. Mereka akan menunjukkan kemampuannya melalui tindakan dan hasil kerja yang nyata.

Belajar sambil bekerja

Peribahasa “belajar sambil bekerja” memiliki arti bahwa kita dapat memperoleh ilmu dan keterampilan baru sambil bekerja. Peribahasa ini mengajarkan kita untuk tidak berhenti belajar meskipun sudah lulus sekolah atau kuliah.

Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, kita perlu terus mengembangkan diri agar tetap relevan dan berdaya saing. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan belajar sambil bekerja. Kita dapat belajar dari rekan kerja, atasan, atau bahkan dari pengalaman kita sendiri di lapangan.

Belajar sambil bekerja juga dapat membantu kita mengaplikasikan teori yang kita pelajari di sekolah atau kuliah ke dalam praktik nyata. Dengan demikian, kita akan lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja dan lebih mudah mencapai kesuksesan.

Selain itu, belajar sambil bekerja juga dapat membantu kita menemukan minat dan bakat baru. Kita mungkin menemukan bahwa kita memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu yang selama ini tidak kita sadari. Hal ini dapat membuka peluang karir baru dan membuat kita lebih bersemangat dalam bekerja.

Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian

Peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” memiliki arti bahwa untuk mencapai tujuan, kita harus berusaha dengan keras dan pantang menyerah. Peribahasa ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi kesulitan dan rintangan.

Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan. Namun, kita tidak boleh mudah menyerah. Kita harus terus berusaha dan berjuang, meskipun jalan yang kita tempuh sulit dan penuh rintangan.

Peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian” juga mengajarkan kita untuk sabar dan tekun. Mencapai tujuan membutuhkan waktu dan usaha. Kita tidak bisa mengharapkan hasil yang instan. Kita harus sabar dan terus berusaha, sampai akhirnya kita mencapai tujuan yang kita inginkan.

Selain itu, peribahasa ini juga mengajarkan kita untuk bekerja keras dan pantang menyerah. Jika kita ingin mencapai tujuan yang besar, kita harus bersedia bekerja keras dan mengorbankan waktu dan tenaga kita. Kita tidak boleh mudah menyerah pada kesulitan, tetapi harus terus berjuang sampai akhir.

Burung terbang dipipiskan, harimau berlari disulapkan

Peribahasa “burung terbang dipipiskan, harimau berlari disulapkan” memiliki arti bahwa sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau sangat sulit untuk dilakukan.

  • Berusaha melakukan hal yang tidak mungkin

    Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang berusaha melakukan hal yang tidak mungkin atau sangat sulit untuk dilakukan. Misalnya, mencoba terbang dengan mengepakkan tangan seperti burung, atau membuat harimau berlari dengan melambaikan tangan seperti menyulap.

  • Sesuatu yang mustahil terjadi

    Peribahasa ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang mustahil terjadi. Misalnya, mengharapkan seseorang yang sudah meninggal hidup kembali, atau membuat air mengalir ke atas.

  • Menghadapi kesulitan yang sangat besar

    Peribahasa ini dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menghadapi kesulitan yang sangat besar atau tantangan yang berat. Misalnya, seorang siswa yang mencoba lulus ujian tanpa belajar, atau seorang pengusaha yang mencoba membangun bisnis tanpa modal.

  • Menghalangi atau mencegah sesuatu terjadi

    Peribahasa ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang atau sesuatu yang menghalangi atau mencegah sesuatu terjadi. Misalnya, birokrasi yang rumit yang menghambat pembangunan, atau penjahat yang menghalangi penegakan hukum.

Dengan demikian, peribahasa “burung terbang dipipiskan, harimau berlari disulapkan” mengajarkan kita untuk realistis dan tidak mengharapkan hal-hal yang tidak mungkin terjadi. Kita juga harus siap menghadapi kesulitan dan tantangan, serta tidak mudah menyerah pada rintangan.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung

Peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” memiliki arti bahwa kita harus menghormati adat dan budaya setempat di mana kita berada.

Ketika kita berada di suatu tempat, kita harus menghormati adat istiadat dan norma-norma yang berlaku di tempat tersebut. Kita tidak boleh memaksakan nilai-nilai dan kebiasaan kita pada orang lain. Kita harus berperilaku sesuai dengan budaya dan tradisi setempat.

Peribahasa ini juga mengajarkan kita untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Kita tidak boleh bersikap kaku dan tidak mau berubah. Kita harus bersedia mempelajari dan menerima budaya baru yang berbeda dari budaya kita.

Selain itu, peribahasa ini juga mengingatkan kita untuk menghargai dan melestarikan budaya kita sendiri. Kita harus bangga dengan budaya kita dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing. Kita harus mempelajari dan melestarikan adat istiadat dan tradisi kita agar tidak hilang.

Gajah di pelupuk mata tidak tampak

Peribahasa “gajah di pelupuk mata tidak tampak” memiliki arti bahwa kita seringkali tidak menyadari atau mengabaikan hal-hal yang sangat jelas dan dekat dengan kita.

  • Kurang perhatian dan pengamatan

    Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang kurang perhatian atau pengamatan sehingga tidak menyadari hal-hal yang jelas dan dekat dengannya. Misalnya, tidak menyadari ada noda di bajunya sendiri, atau tidak menyadari ada orang yang sedang mengikutinya.

  • Terlalu fokus pada hal lain

    Peribahasa ini juga dapat menggambarkan seseorang yang terlalu fokus pada hal lain sehingga tidak menyadari hal-hal penting yang ada di dekatnya. Misalnya, terlalu fokus pada pekerjaan sehingga tidak menyadari ada anggota keluarga yang sedang sakit.

  • Terlalu dekat dengan masalah

    Peribahasa ini dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang yang terlalu dekat dengan suatu masalah sehingga tidak dapat melihat masalah tersebut secara objektif. Misalnya, seorang atasan yang tidak menyadari bahwa karyawannya sedang kesulitan karena terlalu dekat dengan karyawan tersebut.

  • Mengabaikan hal-hal penting

    Peribahasa ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mengabaikan hal-hal penting karena menganggap hal tersebut tidak penting atau remeh. Misalnya, mengabaikan kesehatan diri sendiri karena terlalu sibuk bekerja.

Dengan demikian, peribahasa “gajah di pelupuk mata tidak tampak” mengajarkan kita untuk lebih perhatian dan jeli terhadap hal-hal yang ada di sekitar kita. Kita juga harus dapat melihat masalah secara objektif dan tidak mengabaikan hal-hal penting.

Harta yang paling berharga adalah ilmu

Peribahasa “harta yang paling berharga adalah ilmu” memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan adalah harta yang paling berharga dan tidak akan pernah hilang.

  • Ilmu bermanfaat seumur hidup

    Ilmu pengetahuan dapat bermanfaat bagi kita seumur hidup. Berbeda dengan harta benda yang dapat habis atau hilang, ilmu akan tetap melekat pada kita dan dapat digunakan kapan saja, di mana saja.

  • Ilmu membuka peluang

    Ilmu pengetahuan dapat membuka berbagai peluang dalam hidup kita. Dengan memiliki ilmu, kita dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik, mengembangkan karier, dan meraih kesuksesan.

  • Ilmu mencerdaskan pikiran

    Ilmu pengetahuan dapat mencerdaskan pikiran kita dan membuat kita menjadi lebih bijaksana. Dengan belajar dan membaca, kita dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan berpikir kita.

  • Ilmu mewariskan kebaikan

    Ilmu pengetahuan dapat kita wariskan kepada orang lain, baik melalui pengajaran, tulisan, atau karya seni. Dengan mewariskan ilmu, kita dapat berkontribusi pada kemajuan masyarakat dan generasi mendatang.

Dengan demikian, peribahasa “harta yang paling berharga adalah ilmu” mengajarkan kita untuk menghargai dan terus mencari ilmu pengetahuan. Ilmu adalah harta yang tidak akan pernah hilang dan akan selalu bermanfaat bagi kita dan orang lain.

Jauh panggang dari api

Peribahasa “jauh panggang dari api” memiliki arti bahwa antara perkataan dan perbuatan sangat berbeda, atau hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Peribahasa ini menggambarkan seseorang yang banyak bicara atau berjanji, tetapi tidak pernah menepatinya. Mereka hanya pandai bicara, tetapi tidak mau berusaha atau bertindak. Hasil yang mereka capai pun jauh dari harapan.

Peribahasa ini juga dapat menggambarkan perencanaan yang tidak matang atau pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana. Misalnya, sebuah proyek yang awalnya direncanakan dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya banyak kendala dan hambatan sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Selain itu, peribahasa ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan kesenjangan antara cita-cita dan kenyataan. Misalnya, seseorang yang bercita-cita menjadi seorang dokter, tetapi pada akhirnya hanya menjadi seorang perawat. Atau seseorang yang bercita-cita menjadi kaya raya, tetapi pada akhirnya hanya menjadi karyawan biasa.

Mulutmu harimaumu

Peribahasa “mulutmu harimaumu” memiliki arti bahwa perkataan yang kita ucapkan dapat membawa akibat yang buruk bagi diri kita sendiri.

  • Perkataan dapat menyakiti orang lain

    Perkataan yang kita ucapkan dapat menyakiti perasaan orang lain, menimbulkan konflik, atau bahkan merusak reputasi seseorang.

  • Perkataan dapat membawa masalah

    Perkataan yang tidak dipikirkan dapat membawa masalah bagi diri kita sendiri. Misalnya, kita dapat dipenjara karena mengucapkan kata-kata yang menghina atau menyebarkan berita bohong.

  • Perkataan dapat merusak hubungan

    Perkataan yang kasar atau tidak pantas dapat merusak hubungan kita dengan orang lain, baik itu teman, keluarga, atau rekan kerja.

  • Perkataan dapat menghancurkan karier

    Perkataan yang tidak profesional atau kontroversial dapat menghancurkan karier seseorang. Misalnya, seorang pejabat pemerintah yang mengucapkan kata-kata rasis atau seksis dapat kehilangan jabatannya.

Dengan demikian, peribahasa “mulutmu harimaumu” mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam berkata-kata. Kita harus berpikir sebelum berbicara dan mempertimbangkan dampak dari perkataan kita. Kita juga harus menghindari mengucapkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain atau membawa masalah bagi diri kita sendiri.

Sedia payung sebelum hujan

Peribahasa “sedia payung sebelum hujan” memiliki arti bahwa kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan, baik yang baik maupun yang buruk.

Dalam kehidupan, kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, kita harus selalu siap sedia untuk menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi.

Peribahasa ini mengajarkan kita untuk bersikap proaktif dan tidak menunggu sampai masalah datang. Kita harus mempersiapkan diri dengan baik agar dapat menghadapi segala tantangan yang menghadang.

Selain itu, peribahasa ini juga mengajarkan kita untuk tidak meremehkan hal-hal kecil. Seringkali, masalah besar dimulai dari hal-hal kecil yang kita abaikan. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan hal-hal kecil dan segera mengambil tindakan untuk mencegahnya menjadi masalah besar.

FAQ

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait dengan peribahasa dan artinya:

Pertanyaan 1: Apa arti dari peribahasa “air beriak tanda tak dalam”?
Jawaban: Orang yang banyak bicara atau pamer biasanya tidak memiliki ilmu atau kemampuan yang mumpuni.

Pertanyaan 2: Bagaimana cara menerapkan peribahasa “belajar sambil bekerja” dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: Kita dapat belajar dari rekan kerja, atasan, atau bahkan dari pengalaman kita sendiri di lapangan.

Pertanyaan 3: Apa makna dari peribahasa “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”?
Jawaban: Untuk mencapai tujuan, kita harus berusaha dengan keras dan pantang menyerah.

Pertanyaan 4: Kapan sebaiknya kita menggunakan peribahasa “burung terbang dipipiskan, harimau berlari disulapkan”?
Jawaban: Ketika kita ingin menggambarkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau sangat sulit untuk dilakukan.

Pertanyaan 5: Bagaimana cara menghormati adat istiadat setempat sesuai dengan peribahasa “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”?
Jawaban: Kita harus berperilaku sesuai dengan budaya dan tradisi setempat, serta tidak memaksakan nilai-nilai dan kebiasaan kita pada orang lain.

Pertanyaan 6: Mengapa kita harus memperhatikan hal-hal kecil sesuai dengan peribahasa “sedia payung sebelum hujan”?
Jawaban: Karena sering kali masalah besar dimulai dari hal-hal kecil yang kita abaikan.

Pertanyaan 7: Bagaimana cara menerapkan peribahasa “jauh panggang dari api” dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban: Kita harus berusaha untuk menepati janji dan memastikan bahwa hasil yang kita capai sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan memahami dan menerapkan peribahasa-peribahasa ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bijaksana dan sukses.

Tips

Berikut adalah beberapa tips untuk memahami dan menerapkan peribahasa dengan lebih baik:

Cari tahu arti sebenarnya dari peribahasa. Jangan hanya menghafal peribahasa tanpa memahami artinya. Carilah arti peribahasa dari sumber yang terpercaya seperti kamus atau buku peribahasa.

Perhatikan konteks penggunaan peribahasa. Peribahasa biasanya digunakan dalam konteks tertentu. Perhatikan situasi dan pembicaraan di sekitar untuk memahami makna peribahasa yang digunakan.

Gunakan peribahasa secara tepat. Jangan menggunakan peribahasa secara sembarangan. Pastikan peribahasa yang Anda gunakan sesuai dengan konteks dan tidak menyinggung perasaan orang lain.

Jadikan peribahasa sebagai pedoman hidup. Peribahasa dapat menjadi pedoman hidup yang bijaksana. Renungkan makna peribahasa dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dengan mengikuti tips-tips ini, kita dapat memahami dan menerapkan peribahasa dengan lebih efektif untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan sukses.

Kesimpulan

Peribahasa merupakan warisan budaya yang kaya dengan makna dan nilai-nilai luhur. Sepuluh peribahasa yang telah kita bahas dalam artikel ini memberikan pelajaran berharga tentang kehidupan, seperti pentingnya kerja keras, kejujuran, dan rasa hormat.

Dengan memahami dan menerapkan peribahasa-peribahasa tersebut, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bijaksana dan sukses. Peribahasa dapat menjadi pedoman hidup yang membantu kita mengambil keputusan yang tepat, menghadapi tantangan, dan meraih tujuan kita.

Mari kita terus belajar dan melestarikan peribahasa sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa kita. Dengan demikian, kita dapat mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang dan membangun masyarakat yang lebih baik.


Artikel Terkait

Bagikan:

lisa

Hai, nama aku Lisa! Udah lebih dari 5 tahun nih aku terjun di dunia tulis-menulis. Gara-gara hobi membaca dan menulis, aku jadi semakin suka buat berbagi cerita sama kalian semua. Makasih banget buat kalian yang udah setia baca tulisan-tulisanku selama ini. Oh iya, jangan lupa cek juga tulisan-tulisanku di Stikes Perintis, ya. Dijamin, kamu bakal suka! Makasih lagi buat dukungannya, teman-teman! Tanpa kalian, tulisanku nggak akan seistimewa ini. Keep reading and let's explore the world together! 📖❤️

Cek di Google News

Artikel Terbaru